Cari Blog Ini

Kamis, 21 Juli 2022

Narimo Ing Pandum (Qana’ah)

 

Narimo Ing Pandum (Qana’ah)

 

Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah

Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, kita meminta tolong kepada-Nya, kita memohon ampun kepada-Nya, dan kita meminta perlindungan kepada Allah dari kejelekan diri kita dan kejelekan amal kita. Siapa yang Allah beri petunjuk maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. Dan siapa yang sesat, maka tidak ada yang dapat memberi petunjuk kepadanya.

Tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah hamba Allah dan utusan-Nya.a

Shalawat beriringkan salam tetap tercurah pada beliau, pada keluarganya, pada sahabatnya, dan pada setiap orang yang mengikuti jalan beliau yang lurus hingga hari kiamat kelak.

Dalam mengawali khutbah senantiasa khatib mewasiatkan kepada diri kita semua untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. sebagaimana firman-Nya,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran: 102).

Ma’asyirol muslimin jama’ah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah

 Narimo ing Pandum adalah sebuah falsafah Jawa, yang kalau dibahasa-Indonesia-kan secara bebas menjadi “Menerima Segala Pemberian”.

Falsafah ini sebenarnya sangat dalam maknanya. Namun banyak orang salah mengartikan falsafah ini.

“Piye arep sugih nek mung narimo ing pandum (gimana mau kaya kalau cuma narimo ing pandum).”

Begitulah kira-kira orang salah mengartikannya.

Ada perumpamaan seperti ini untuk memahami narimo ing pandum.

Ada seorang direktur mempunyai tiga orang karyawan. Direktur tersebut akan pergi ke luar negeri, mungkin akan membuka bisnis baru di sana.

Dipanggillah karyawan pertama. Karyawan pertama ini seorang yang cerdas, rajin, dan jujur. Diberilah dia 5 juta rupiah.

Kemudian dipanggilah karyawan yang kedua. Karyawan yang kedua ini rajin, jujur, namun tidak begitu pintar. Diberilah karyawan kedua ini 3 juta rupiah.

Setelah itu, dipanggilah karyawan yang ketiga. Karyawan yang ketiga sebenarnya cukup pintar, namun pemalas dan kurang jujur. Diberilah karyawan ketiga ini 1 juta rupiah.

Kepada karyawan-karyawan itu, si direktur itu berpesan, “Kalian aku beri modal untuk usaha. Kembangkanlah modal ini. Nanti kalau aku balik aku akan meminta pertanggungjawaban atas modal tersebut.”

Ma’asyirol muslimin jama’ah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah

Setelah si direktur pergi, karyawan pertama segera membuka usaha baru dengan modal tersebut. Usaha tersebut berjalan lancar. Setelah sekian lama, akhirnya modal tersebut dari 5 juta rupiah menjadi 10 juta rupiah.

Karyawan kedua pun tak mau kalah, modal yang 3 juta rupiah tadi diputar dalam usahanya. Usahanya sukses. Modal yang tadinya 3 juta rupiah menjadi 6 juta rupiah.

Namun karyawan yang ketiga malah mengeluh. “Sialan pak direktur, saya cuman dikasih 1 juta. Buat apaan nih uang segini? Buat usaha mana cukup? Ya kalau usaha saya untung, kalau rugi bagaimana?” Akhirnya ditimbunlah uang 1 juta tadi ke dalam tanah.

Karyawan yang ketiga tiap harinya hanya bermalas-malasan sambil menunggu pak direktur pulang. Nanti kalau pak direktur sudah pulang tinggal gali dan balikin uang itu, pikir karyawan ketiga ini.

Setelah beberapa tahun di luar negeri, pulanglah pak direktur. Pak Direktur merasa senang karena karyawan pertama dan kedua telah berhasil mengembangkan uangnya. Diberilah kedua karyawan itu tambahan modal agar usahanya lebih maju.

Namun pak direktur sangat marah pada karyawan ketiga. Ia marah karena karyawan tersebut tidak mengusahakan uang itu, tetapi malah menimbunnya. Dipecatlah karyawan tersebut karena sifatnya yang malas dan jahat.

Dari cerita di atas, kira-kira siapakah yang “Narimo ing Pandum” ? Apakah karyawan pertama, karyawan kedua atau karyawan ketiga?

“Narimo ing Pandum” bukan berarti pasrah dan diam saja seperti karyawan ketiga.

“Narimo ing Pandum” kurang lebih seperti karyawan pertama dan kedua. Berapa pun yang diberikan, mereka terima dengan ikhlas. Karyawan kedua tidak iri karena menerima lebih sedikit dari karyawan pertama. Karyawan pertama pun tidak maruk dan meminta lebih karena merasa pintar.

Kita simpulkan, narimo ing pandum berarti menyadari segala yang diberikan kepada kita sudah sesuai dengan kemampuan kita.

Jadi “Narimo ing Pandum” bukan berarti pasrah dan diam saja atas segala yang diberikan. Namun apapun yang diberikan kepada kita, terimalah dengan ikhlas dan usahakanlah agar yang kita terima bisa berlipat ganda.

Sifat narimo ing pandum inilah yang dipuji dalam agama kita dengan istilah QANA’AH.

Keutaman sifat qana’ah disebutkan dalam beberapa hadits berikut.

1.    Memiliki qana’ah berarti telah memiliki dunia seisinya

Dari ’Ubaidillah bin  Mihshan  Al Anshary dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِى سِرْبِهِ مُعَافًى فِى جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا

“Barangsiapa di antara kalian mendapatkan rasa aman di rumahnya (pada diri, keluarga dan masyarakatnya), diberikan kesehatan badan, dan memiliki makanan pokok pada hari itu di rumahnya, maka seakan-akan dunia telah terkumpul pada dirinya.” (HR. Tirmidzi, no. 2346; Ibnu Majah, no. 4141. Abu ’Isa mengatakan bahwa hadits ini hasan ghorib).

Hadits di atas menunjukkan bahwa tiga nikmat di atas jika telah ada dalam diri seorang muslim, maka itu sudah jadi nikmat yang besar. Siapa yang di pagi hari mendapatkan tiga nikmat tersebut berarti ia telah memiliki dunia seisinya. (Lihat Rossy Al-Barod Syarh Al-Adab Al-Mufrod, hlm. 160.)

2.    Orang Yang Qana’ah Adalah Orang Yang Beruntung

Hadits lainnya, dari ’Abdullah bin ’Amr bin Al ’Ash radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ هُدِىَ إِلَى الإِسْلاَمِ وَرُزِقَ الْكَفَافَ وَقَنِعَ بِهِ

“Sungguh beruntung orang yang diberi petunjuk dalam Islam, diberi rizki yang cukup, dan qana’ah (merasa cukup) dengan rizki tersebut.” (HR. Ibnu Majah, no. 4138. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).


3.    Kalau Rajin Memandang Ke Bawah (Qana’ah) Akan Rajin Bersyukur

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ ». قَالَ أَبُو مُعَاوِيَةَ « عَلَيْكُمْ

“Lihatlah pada orang yang berada di bawah kalian dan janganlah perhatikan orang yang berada di atas kalian. Lebih pantas engkau berakhlak seperti itu sehingga engkau tidak meremahkan nikmat yang telah Allah anugerahkan -kata Abu Mu’awiyah- padamu.” (HR. Ibnu Majah, no. 4138, shahih kata Syaikh Al-Albani).


4.    Qana’ah Berarti Telah Mendapatkan Kaya Yang Hakiki

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

“Yang namanya kaya bukanlah dengan memiliki banyak harta, akan tetapi yang namanya kaya adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari, no. 6446; Muslim, no. 1051; Tirmidzi, no. 2373; Ibnu Majah, no. 4137).

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ

 

KHUTBAH KEDUA

الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

Ma’asyirol muslimin jama’ah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah

Dengan sifat narimo ing pandum, menerima segala pemberian, ternyata punya manfaat yang besar. Manfaat utama akan membuat kita semakin bersyukur dan jauh dari sifat hasad atau cemburu pada rezeki yang ada pada orang lain.

Ya Allah, anugerahkanlah kami sifat yang qana’ah. Moga kami menjadi hamba yang qana’ah dan kaya hati, yaitu dianugerahi hati yang selalu merasa cukup dan menerima segala pemberian-Mu, Ya Allah.

Ada do’a yang bisa diamalkan agar diberikan sifat qana’ah. Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,

أنَّ النبيَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يقول :  اللَّهُمَّ إنِّي أسْألُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca do’a: “ALLAHUMMA INNI AS-ALUKAL HUDA WAT TUQO WAL ‘AFAF WAL GHINA” (Ya Allah, aku meminta pada-Mu petunjuk, ketakwaan, diberikan sifat ‘afaf -dijauhkan dari yang haram- dan ghinaa -sifat kecukupan, narimo ing pandum-).” (HR. Muslim, no. 2721)

اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ

اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ


Klaten, 22 Juli 2022

Dibuat oleh: Amirul Huda Syaifullah

Jumat, 08 Juli 2022

Khutbah ‘Idul Adha 1443 H. Uswatun Hasanah Nabi Ibrahim As.

Khutbah ‘Idul Adha 1443 H.

Uswatun Hasanah Nabi Ibrahim As.

 

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اَللَّهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا  أَمَّا بَعْدُ

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

 

Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah

Jama’ah shalat ‘idul adha yang semoga Allah berkahi dan rahmati

Tidak ada perkara yang paling penting dalam memaknai pertemuan kita pada kesempatan hari ini, ketika kita berbondong-bondong menyambut panggilan suci dibulan dzulhijjah kecuali  adalah rasa syukur kita kepada Allah SWT. Maha sempurna Allah atas segala dzat dan sifatnya, dan sempurna Allah atas segala ketetapan takdir-Nya dan syariat-Nya.

Siapapun seseorang yang bersandar kepada Allah, maka Allah tidak akan menyiakan kehidupan dia baik didunia maupun di akhiratnya. Karena sesungguhnya tidak ada suatu sebab yang menjadikan hati seseorang sedih dan kecewa atas segala yang menimpa dirinya, melainkan ketika hatinya banyak menggantungkan harapan kepada sesama makhluk dan meninggalkan harapan kita kepada Allah SWT.

Dan inilah yang menjadikan kita senantiasa bersyukur terkhusus pada hari ini karena semua kenikmatan dan ketaatan yang kita dapatkan bukan karena hebatnya kita dalam iman. Bukan pula karena kekuatan kita dalam taqwa, tetapi kita pada kesempatan hari ini ketika menyambut panggilan suci yang berkumandang semata mata karena hebatnya Allah ketika menolong hamba yang Allah pilih di dalam keimanan dan ketakwaan. Kepada-Nya kita bersyukur karena sesungguhnya bukan bahagia yang menjadikan kita bersyukur, melainkan sepatutnya seorang bersyukur agar Allah limpahkan rasa bahagia didalam dirinya. Dan sebaliknya siapapun diantara kita yang merasa dirinya tidak diliputi rasa bahagia,maka pasti akan permasalahannya adalah kurangnya dia bersyukur kepada Allah atas segala ketetapan takdir yang diberikan kepadanya.

Shalawat dan salam marilah kita ucapkan kepada Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam manusia junjungan bagi hamba-hamba yang beriman. Hakikat cinta seorang muslim manakala ia mengaku cinta kepada Rasulullah SAW. bukan diukur sebatas fasihnya kita mengucapkan shalawat kepada Nabi SAW. tetapi bagaimana kita menjadikan beliau sebagai suri tauladan dalam kehidupan kita, menselaraskan kehidupan kita dengan Rasulullah SAW. semampu semaksimal kita krn itu hakikat cinta seorang muslim kepada Rasulullah SAW.

 

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

 

Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah

Dipagi hari ini, di Idul Adha 10 Dzulhijjah, ini merupakan salah satu diantara puncak hari-hari terbaik kaum muslimin, setelah 9 hari di bulan dzulhijjah telah kita lewat, hari-hari emas dimana Allah menyiapkan untuk kaum muslimin agar kita berlomba-lomba mendapat rahmat dan ampunannya yang luas. Sekecil apapun amalan seorang muslim manakala ia lakukan di 10 hari awal bulan dzulhijjah walaupun nampaknya amalan tersebut adalah amalan yang kecil, sunnah yang biasa, namun sejatinya amal tersbut akan bernilai besar disisi Allah, bernilai utama di 10 awal bulan dzulhijjah. Sebagaimana Allah telah pilih hari-hari emas, di bulan emas, 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Maka pada bulan ini dzulhijjah ini Allah berikan hari-hari emas di 10 hari pertamanya, dan puncaknya adalah hari ini.

Sebuah sabda Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam berkaitan dengan keutamaan 10 hari awal bulan Dzulhijjah,  dari hadits riwayat Imam Bukhari, dikatakan bahwasnya Ibnu Abbas r.a.huma. berkata, Nabi SAW. bersabda:

 

مَا مِنْ أَيَّامٍ اَلْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّام. يَعْنِي أَيَّام الْعُشْرِ. قَالُوْا: يَا رَسُولَ اللهِ، وَلاَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ؟ قَالَ: وَلاَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ، إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ ، فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيءٍ. (رواه البخاري)

“Tidak ada satu amalan yang Allah cintai, tidak ada ketaatan yang Allah ridhoi. Kecuali ketaatan yang dikerjakan di 10 hari pertama bulan dzulhijjah. Tidak ada hari di mana amal kebaikan saat itu lebih dicintai oleh Allah dibanding hari-hari tersebut. Sampai para sahabat bertanya: Apakah sampai orang yang berjihad tidak mampu menandinginya ya Rasulullah?”, Rasululullah menjawab dengan tegas: “bahkan orang yang berjihad sekalipun tidak mampu menandingi ketaatan yang dikerjakan di 10 hari pertama bulan dzulhijjah kecuali orang yang keluar berjihad dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan harta dan jiwanya.” (HR. Al-Bukhari)

Itulah keutamaan yang Rasulullah terangkan kepada kita tentang keutamaan 10 hari pertama dibulan dzulhijjah.

 

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

 

Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah

10 hari pertama dibulan dzulhijjah Bergandengan dengan 10 hari terakhir dibulan Ramadhan dengan besarnya keutamaan didalamnya. Maka selayaknya Ramadhan menjadi madrasah, tempat belajar bagi orang yang beriman, maka sebagaimana itu pulan bulan dzulhijjah sepatutnya menjadi madrasah bagi orang yang beriman pula. Sosok utama dari madrasah besar di bulan dzulhijah yang merupakan tokoh dari peristiwa bersejarah kaum muslimin tidak lain dan tidak bukan adalah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ‘alaihimas salam.

Maka setelah kita tahu bahwasnya dzulhijjah merupakan sebuah madrasah, tempat belajar. Maka marilah kita menjadi penuntut ilmu didalamnya, mencari tahu hikmah yang dapat kita petik dari pelajaran-pelajaran yang dismpaikan dan diperlihatkan oleh Nabi Ibrahim. Karena merupakan salah satu teladan bagi kaum muslimin, tidak hanya rasulullah, melainkan juga Nabi Ibrahim as. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat al-mumtahanah:

 

قَدۡ كَانَتۡ لَكُمۡ أُسۡوَةٌ حَسَنَةً فِيٓ إِبۡرَٰهِيمَ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ

“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia”.

 

أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

 

Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah

Dalam kesempatan kali ini, kita akan mengambil 3 pelajaran yang bisa kita dapati dari intisari kehidupan kisah Nabi Ibrahim as. yang nantinya bisa kita jadi pijakan dalam menjalani kehidupan sebagai seorang muslim, karena sesungguhnya kehidupan kita manakalan kita telah memilih untuk beriman, maka kita menerima konsekuensi kehidupan orang yang berimana yakni sama seperti para nabi dan rasul ketika mereka menghadapi berbagai rintangan dalam menjalani kehidupan mereka. Sebagaima Allah telah tegaskan di QS. Al-Ankabut:

 

أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتۡرَكُوٓاْ أَن يَقُولُوٓاْ ءَامَنَّا وَهُمۡ لَا يُفۡتَنُونَ  ٢ وَلَقَدۡ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡۖ فَلَيَعۡلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْ وَلَيَعۡلَمَنَّ ٱلۡكَٰذِبِينَ  ٣

2.  Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?

3.  Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.

 

Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah

Pelajaran pertama, yang dapat kita ambil dalam kisah Nabi Ibrahim, yakni rintangan dakwah yang beliau hadapi manakala berdakwah di babilonia atau negeri irak pada saat sekarang. Sama-sama kita pelajari dan ketahui bahwasanya Nabi Ibrahim berhadapan dengan Namrud, seorang penguasa sekaligus mengklaim dirinya sebagai seorang tuhan dan meletakkan penghambaan tuhan itu dengan berhala dan benda-benda dilangit. Maka pada puncaknya ketika perkataan dan nasihat Nabi Ibrahim tidak diperdulikan oleh telinga-telinga masyarakat disitu, maka cara yang dilakukan Nabi Ibrahim yakni dengan petunjuk wahyu dari Allah SWT, maka Nabi Ibrahim menghancurkan berhala-berhala yang ada pada saat itu, untuk menerangkan kepada masayarakat bahwa sesembahan mrk tidak dapat memberikan manfaat sedikitpun.

 

قَالَ أَفَتَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَنفَعُكُمۡ شَيۡئًا وَلَا يَضُرُّكُمۡ 

Ibrahim berkata: Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudharat kepada kamu?"

Dengan kisah ini kita ketahui bahwasanya Nabi Ibrahim hanya karena dirinya menyampaikan suatu kebenaran. Dibenci bukan karena akhlak yg buruk, justru sebaliknya berakhlak baik, namun beliau dibenci diatas kebenaran syariat yang ia bawa.

Menjadi pelajaran kepada kita bagaiamana sikap kita manakala, dalam mengemban dakwah islam, krn sejatinya semua orang mukmin dibebani kewajiban ini semampu yang ia bisa, maka sebelum itu patut kita ketahui bahwasanya jalan kebenanran adalah jalan yang sukar, yang tidak banyak disukai tapi buahnya manis, begitu pula sebaliknya.

Maka dikisahkan pada saat itu pula sekelompok semut berbondong-bondong membantu memadamkan api Nabi Ibrahim, walaupun mustahil. Tapi sebagai suatu Ibrah kepada kita sebagai seorang Muslim apakah kita sudah berada dijalan kebenaran, sebagaima semut yang ingin membuktikan kepada Allah keberpihakan atas kebenaran yang dibawa Nabi Ibrahim, atau justru kita menenntang kebenaran, membenci kebenaran sebagaimana Namrud dan pengikutnya.

Maka idul adha ini sebagai intropeksi bagi kita apakah sudah memegang kebanaran dan berakhlaq sebagaimana nabi Ibrahim.

 

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

 

Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah

Pelajaran kedua, Yakni ujian tentang potret kehidupan keluarga Nabi Ibrahim as. yang Allah abadikan dalam Al-Qur’an tentang bagaiama ujian yang diterima Nabi Ibrahim atas kecintaanya kepada ayahnya Azar yang justru merupakan seorang yang membuat patung berhala, yang jelas-jelas bertentangan dengan ajaran Nabi Ibrahim.

Disinilah kita dapati bahwasnya ujian orang-orang beriman terkdang akan mendapatkan ujian dari lingkup orang-orang terdekatnya. Kenapa kemudian keluarga Nabi dan orang-orang shalih justru diuji sedemikian dengan keluarganya, luth dengan istrinya, nuh dengan anaknya, asyiyah dengan fir’aun suaminya, ada yang menghadapi bapaknya sebagaimana Ibrahim, Nabi dengan pamannya.

Memberikan pelajaran bahwasanya tidak ada keluarga, lingkungan yang benar-benar ideal, harmonis, rukun, krn sesungguhnya masing-masing diantara kita pasti akan mendapatkan ujian.

Sikap teladan yang dapat kita teladani dalam ujian Nabi Ibrahim atas bapaknya, tidak sedikitnpun kalimat kasar beliau lontarkan kepada bapaknya meskipun pada saat itu bapaknya justru bertabrakan keras dengan apa yang ia bawa. Kita perhatikan kalimat yang disampaikan Nabi Ibrahim kepada bapakanya, diabadikan dalam QS. Maryam,

 

إِذۡ قَالَ لِأَبِيهِ يَٰٓأَبَتِ لِمَ تَعۡبُدُ مَا لَا يَسۡمَعُ وَلَا يُبۡصِرُ وَلَا يُغۡنِي عَنكَ شَيۡئًا  ٤٢ يَٰٓأَبَتِ إِنِّي قَدۡ جَآءَنِي مِنَ ٱلۡعِلۡمِ مَا لَمۡ يَأۡتِكَ فَٱتَّبِعۡنِيٓ أَهۡدِكَ صِرَٰطًا سَوِيًّا  ٤٣ يَٰٓأَبَتِ لَا تَعۡبُدِ ٱلشَّيۡطَٰنَۖ إِنَّ ٱلشَّيۡطَٰنَ كَانَ لِلرَّحۡمَٰنِ عَصِيًّا  ٤٤ يَٰٓأَبَتِ إِنِّيٓ أَخَافُ أَن يَمَسَّكَ عَذَابً مِّنَ ٱلرَّحۡمَٰنِ فَتَكُونَ لِلشَّيۡطَانِ وَلِيًّا  ٤٥

42.  Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya; "Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun?

43. Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.

44. Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah.

45. Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaitan".

 

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

 

Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah

Pelajaran ketiga, yang dapat kita ambil dalam kisah Nabi Ibrahim, yakni ketika kita dapat merenungkan apa yang telah Allah terangkan dalam QS. As-Saffat 102, ketika Nabi Ibrahim berkata pada anaknya.

 

قَالَ يَٰبُنَيَّ إِنِّيٓ أَرَىٰ فِي ٱلۡمَنَامِ أَنِّيٓ أَذۡبَحُكَ فَٱنظُرۡ مَاذَا تَرَىٰۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُۖ سَتَجِدُنِيٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ 

“Ibrahim berkata: ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!’ Ia menjawab: ‘Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar’".

Dalam peristiwa ini, merupakan sejarah abadi yang secara terus menerus terekam dalam sejarah manusia. Dimana pelajaran faedah yang dapat kita petik dari peristiwa tersebut adalah bentuk sikap seorang muslim yang digambarkan dalam pribadi mulia Nabi Ibrahim as. manakala dihadapkan perintah Allah  SWT. sikap keimanan dan ketakwaan yang berbuah kepatuhan tanpa syarat, ketaatan tanpa tapi, manakala ia dihadapkan dengan perintah, yang bilamana hal ini terjadi pada zaman sekarang maka tidak lain tidak bukan, melainkan Nabi Ibrahim as. akan di cap sebagai ayah yang jahat.

Maka pada peristiwa ini, dan pada perayaan idul adha ini merupakan suatu momen perayaan sekaligus memojokkan pemikiran kaum liberal yang mereka mengatakan bahwasnya segala sesuatu harus berdasarkan dengan akal. Karena dengan ini kita tahu, bahwasnya syariat terkadang tidak hanya bisa dilogika dengan akal akan tetapi syariat juga harus ditaati dengan iman yang kuat, dengan keyakinan yang sungguh, bilamana syariat itu benar datangnya dari Allah dan Rasulnya SAW.

فَلَمَّآ أَسۡلَمَا وَتَلَّهُۥ لِلۡجَبِينِ  ١٠٣ وَنَٰدَيۡنَٰهُ أَن يَٰٓإِبۡرَٰهِيمُ  ١٠٤ قَدۡ صَدَّقۡتَ ٱلرُّءۡيَآۚ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجۡزِي ٱلۡمُحۡسِنِينَ  ١٠٥

 

103.  Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya).

104.  Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim,

105.  sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

Peristiwa ini adalah ujian Allah pada Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, menunjukkan akan kecintaan Ibrahim pada Rabbnya. Allah menguji Ibrahim lewat anak yang benar-benar ia cintai, Akhirnya, Allah mengganti dengan domba sebagai tebusan. Ibrahim bukan menyembelih Isma’il, namun menyembelih seekor domba.

 

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

 

Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah

Peristiwa yang ketiga ini, Nabi Ibrahim diuji dengan penyembelihan, kenapa diuji dengan penyembelihan? Untuk memberi pegangan bagi orang yang beriman dan terutama pada zaman fitnah, siapapun yang berpegang teguh dan sabar terhadap syariat maka Allah kuatkan dia, Allah limpahkan karunia dan kemulian baginya. Semoga dengan 3 perkara ini mampu menjadi ibrah, pembelajaran bagi kita semua, di momen perayaan hari besar kaum muslimin, bulan dzulhijjah sebagai madrasah besar bagi kaum muslimin.

1.    Siapapun diantara kita yang dibenci krn kebenaran maka itu adalah anugerah, tapi siapapun yang dibenci krn akhlaq maka itu adalah musibah.

2.    Siapapun yang diuji dengan orang-orang disekitarnya, maka hendaklah ia bersabar sebagaimana sabarnya Ibrahim mendakwahi bapaknya Azar.

3.    Menjunjung syariat sebagaimana apa-apa yang telah ditetaplkan Allah dan Rasulnya, mendahulukan meletakkan keimanan kita diatas logika akal kita.

Semoga kita termasuk orang-orang yang Allah beri keberkahan atas bulan ini.

 

اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ

اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِينِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مُصِيبَاتِ الدُّنْيَا وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِى دِينِنَا وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا

“Ya Allah, anugerahkanlah untuk kami rasa takut kepada-Mu, yang dapat menghalangi antara kami dan perbuatan-perbuatan maksiat kepada-Mu, dan (anugerahkanlah kepada kami) ketaatan kepada-Mu yang akan menyampaikan Kami ke surga-Mu dan (anugerahkanlah pula) keyakinan yang akan menyebabkan ringannya bagi kami segala musibah dunia ini. Ya Allah, anugerahkanlah kenikmatan kepada kami melalui pendengaran kami, penglihatan kami dan dalam kekuatan kami selama kami masih hidup, dan jadikanlah ia warisan dari kami. Jadikanlah balasan kami atas orang-orang yang menganiaya kami, dan tolonglah kami terhadap orang yang memusuhi kami, dan janganlah Engkau jadikan musibah kami dalam urusan agama kami, dan janganlah Engkau jadikan dunia ini sebagai cita-cita terbesar kami dan puncak dari ilmu kami, dan jangan Engkau jadikan orang-orang yang tidak menyayangi kami berkuasa atas kami.”

 

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى

اللَّهُمَّ اكْفِنَا بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنَا بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِى الأُمُورِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْىِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ ومَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

 

Klaten, 8 Juli 2022

Dibuat oleh : Amirul Huda Syaifullah