Narimo Ing Pandum (Qana’ah)
Ma’asyirol muslimin rahimani wa
rahimakumullah
Segala puji bagi
Allah, kita memuji-Nya, kita meminta tolong kepada-Nya, kita memohon ampun
kepada-Nya, dan kita meminta perlindungan kepada Allah dari kejelekan diri kita
dan kejelekan amal kita. Siapa yang Allah beri petunjuk maka tidak ada yang
dapat menyesatkannya. Dan siapa yang sesat, maka tidak ada yang dapat memberi
petunjuk kepadanya.
Tidak ada
sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah hamba Allah
dan utusan-Nya.a
Shalawat beriringkan
salam tetap tercurah pada beliau, pada keluarganya, pada sahabatnya, dan pada
setiap orang yang mengikuti jalan beliau yang lurus hingga hari kiamat kelak.
Dalam mengawali khutbah senantiasa khatib mewasiatkan kepada diri kita semua untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. sebagaimana firman-Nya,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ
إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran: 102).
Ma’asyirol muslimin jama’ah shalat
Jumat rahimani wa rahimakumullah
Narimo ing Pandum adalah
sebuah falsafah Jawa, yang kalau dibahasa-Indonesia-kan secara bebas menjadi
“Menerima Segala Pemberian”.
Falsafah ini sebenarnya sangat dalam maknanya. Namun banyak orang
salah mengartikan falsafah ini.
“Piye arep sugih nek mung narimo ing pandum
(gimana mau kaya kalau cuma narimo ing pandum).”
Begitulah kira-kira orang salah mengartikannya.
Ada perumpamaan seperti ini untuk memahami narimo ing pandum.
Ada seorang direktur mempunyai tiga orang karyawan. Direktur
tersebut akan pergi ke luar negeri, mungkin akan membuka bisnis baru di sana.
Dipanggillah karyawan pertama. Karyawan pertama ini seorang yang
cerdas, rajin, dan jujur. Diberilah dia 5 juta rupiah.
Kemudian dipanggilah karyawan yang kedua. Karyawan yang kedua ini
rajin, jujur, namun tidak begitu pintar. Diberilah karyawan kedua ini 3 juta
rupiah.
Setelah itu, dipanggilah karyawan yang ketiga. Karyawan yang
ketiga sebenarnya cukup pintar, namun pemalas dan kurang jujur. Diberilah
karyawan ketiga ini 1 juta rupiah.
Kepada karyawan-karyawan itu, si direktur itu berpesan, “Kalian aku beri modal untuk usaha. Kembangkanlah modal ini. Nanti kalau aku balik aku akan meminta pertanggungjawaban atas modal tersebut.”
Ma’asyirol muslimin jama’ah shalat
Jumat rahimani wa rahimakumullah
Setelah si direktur pergi, karyawan pertama segera membuka usaha
baru dengan modal tersebut. Usaha tersebut berjalan lancar. Setelah sekian
lama, akhirnya modal tersebut dari 5 juta rupiah menjadi 10 juta rupiah.
Karyawan kedua pun tak mau kalah, modal yang 3 juta rupiah tadi
diputar dalam usahanya. Usahanya sukses. Modal yang tadinya 3 juta rupiah
menjadi 6 juta rupiah.
Namun karyawan yang ketiga malah mengeluh. “Sialan pak direktur,
saya cuman dikasih 1 juta. Buat apaan nih uang segini? Buat usaha mana cukup?
Ya kalau usaha saya untung, kalau rugi bagaimana?” Akhirnya ditimbunlah uang 1
juta tadi ke dalam tanah.
Karyawan yang ketiga tiap harinya hanya bermalas-malasan sambil
menunggu pak direktur pulang. Nanti kalau pak direktur sudah pulang tinggal
gali dan balikin uang itu, pikir karyawan ketiga ini.
Setelah beberapa tahun di luar negeri, pulanglah pak direktur. Pak
Direktur merasa senang karena karyawan pertama dan kedua telah berhasil
mengembangkan uangnya. Diberilah kedua karyawan itu tambahan modal agar
usahanya lebih maju.
Namun pak direktur sangat marah pada karyawan ketiga. Ia marah
karena karyawan tersebut tidak mengusahakan uang itu, tetapi malah menimbunnya.
Dipecatlah karyawan tersebut karena sifatnya yang malas dan jahat.
Dari cerita di atas, kira-kira siapakah yang “Narimo ing Pandum” ?
Apakah karyawan pertama, karyawan kedua atau karyawan ketiga?
“Narimo ing Pandum” bukan berarti pasrah dan diam saja seperti
karyawan ketiga.
“Narimo ing Pandum” kurang lebih seperti karyawan pertama dan
kedua. Berapa pun yang diberikan, mereka terima dengan ikhlas. Karyawan kedua
tidak iri karena menerima lebih sedikit dari karyawan pertama. Karyawan pertama
pun tidak maruk dan meminta lebih karena merasa pintar.
Kita simpulkan, narimo ing pandum berarti menyadari segala yang
diberikan kepada kita sudah sesuai dengan kemampuan kita.
Jadi “Narimo ing Pandum” bukan berarti pasrah dan diam saja atas
segala yang diberikan. Namun apapun yang diberikan kepada kita, terimalah
dengan ikhlas dan usahakanlah agar yang kita terima bisa berlipat ganda.
Sifat narimo ing pandum inilah yang dipuji dalam agama kita dengan
istilah QANA’AH.
Keutaman sifat qana’ah disebutkan dalam beberapa hadits berikut.
1.
Memiliki
qana’ah berarti telah memiliki dunia seisinya
Dari ’Ubaidillah bin Mihshan Al Anshary dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
مَنْ أَصْبَحَ
مِنْكُمْ آمِنًا فِى سِرْبِهِ مُعَافًى فِى جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ
فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا
“Barangsiapa di antara kalian mendapatkan rasa
aman di rumahnya (pada diri, keluarga dan masyarakatnya), diberikan kesehatan
badan, dan memiliki makanan pokok pada hari itu di rumahnya, maka seakan-akan
dunia telah terkumpul pada dirinya.” (HR. Tirmidzi, no. 2346; Ibnu Majah,
no. 4141. Abu ’Isa mengatakan bahwa hadits ini hasan ghorib).
Hadits di atas menunjukkan bahwa tiga nikmat di atas jika telah
ada dalam diri seorang muslim, maka itu sudah jadi nikmat yang besar. Siapa
yang di pagi hari mendapatkan tiga nikmat tersebut berarti ia telah memiliki
dunia seisinya. (Lihat Rossy Al-Barod Syarh Al-Adab Al-Mufrod, hlm. 160.)
2.
Orang Yang
Qana’ah Adalah Orang Yang Beruntung
Hadits lainnya, dari ’Abdullah bin ’Amr bin Al ’Ash radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
قَدْ أَفْلَحَ
مَنْ هُدِىَ إِلَى الإِسْلاَمِ وَرُزِقَ الْكَفَافَ وَقَنِعَ بِهِ
“Sungguh beruntung orang yang diberi petunjuk
dalam Islam, diberi rizki yang cukup, dan qana’ah (merasa cukup) dengan rizki
tersebut.” (HR. Ibnu Majah, no. 4138. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa
hadits ini shahih).
3.
Kalau Rajin
Memandang Ke Bawah (Qana’ah) Akan Rajin Bersyukur
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
انْظُرُوا إِلَى
مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ
فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ ». قَالَ أَبُو
مُعَاوِيَةَ « عَلَيْكُمْ
“Lihatlah pada orang yang berada di bawah
kalian dan janganlah perhatikan orang yang berada di atas kalian. Lebih pantas
engkau berakhlak seperti itu sehingga engkau tidak meremahkan nikmat yang telah
Allah anugerahkan -kata Abu Mu’awiyah- padamu.” (HR. Ibnu
Majah, no. 4138, shahih kata Syaikh Al-Albani).
4.
Qana’ah Berarti
Telah Mendapatkan Kaya Yang Hakiki
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah
shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ الْغِنَى
عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
“Yang namanya kaya bukanlah dengan memiliki
banyak harta, akan tetapi yang namanya kaya adalah hati yang selalu merasa
cukup.” (HR. Bukhari, no. 6446; Muslim, no. 1051; Tirmidzi, no. 2373;
Ibnu Majah, no. 4137).
أَقُوْلُ
قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ
إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
KHUTBAH
KEDUA
الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
Ma’asyirol muslimin jama’ah shalat Jumat
rahimani wa rahimakumullah
Dengan sifat narimo ing pandum, menerima segala pemberian,
ternyata punya manfaat yang besar. Manfaat utama akan membuat kita semakin
bersyukur dan jauh dari sifat hasad atau cemburu pada rezeki yang ada pada
orang lain.
Ya Allah, anugerahkanlah kami sifat yang qana’ah. Moga kami
menjadi hamba yang qana’ah dan kaya hati, yaitu dianugerahi hati yang selalu
merasa cukup dan menerima segala pemberian-Mu, Ya Allah.
Ada do’a yang bisa diamalkan agar diberikan sifat qana’ah. Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
أنَّ النبيَّ –
صلى الله عليه وسلم – كَانَ يقول :
اللَّهُمَّ إنِّي أسْألُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca do’a: “ALLAHUMMA INNI AS-ALUKAL HUDA WAT TUQO WAL ‘AFAF WAL GHINA” (Ya Allah, aku meminta pada-Mu petunjuk, ketakwaan, diberikan sifat ‘afaf -dijauhkan dari yang haram- dan ghinaa -sifat kecukupan, narimo ing pandum-).” (HR. Muslim, no. 2721)
اِنَّ اللهَ
وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ
يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ
الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدَّعْوَةِ
اللَّهُمَّ
أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ
السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا
الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا،
وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ
عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ
رَبَّنَا هَبْ
لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا
لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
اللَّهُمَّ
إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى
رَبَّنَا آتِنَا
فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ
عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ
إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ
دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Klaten, 22 Juli 2022
Dibuat oleh: Amirul Huda Syaifullah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar