Cari Blog Ini

Kamis, 21 Juli 2022

Narimo Ing Pandum (Qana’ah)

 

Narimo Ing Pandum (Qana’ah)

 

Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah

Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, kita meminta tolong kepada-Nya, kita memohon ampun kepada-Nya, dan kita meminta perlindungan kepada Allah dari kejelekan diri kita dan kejelekan amal kita. Siapa yang Allah beri petunjuk maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. Dan siapa yang sesat, maka tidak ada yang dapat memberi petunjuk kepadanya.

Tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah hamba Allah dan utusan-Nya.a

Shalawat beriringkan salam tetap tercurah pada beliau, pada keluarganya, pada sahabatnya, dan pada setiap orang yang mengikuti jalan beliau yang lurus hingga hari kiamat kelak.

Dalam mengawali khutbah senantiasa khatib mewasiatkan kepada diri kita semua untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. sebagaimana firman-Nya,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran: 102).

Ma’asyirol muslimin jama’ah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah

 Narimo ing Pandum adalah sebuah falsafah Jawa, yang kalau dibahasa-Indonesia-kan secara bebas menjadi “Menerima Segala Pemberian”.

Falsafah ini sebenarnya sangat dalam maknanya. Namun banyak orang salah mengartikan falsafah ini.

“Piye arep sugih nek mung narimo ing pandum (gimana mau kaya kalau cuma narimo ing pandum).”

Begitulah kira-kira orang salah mengartikannya.

Ada perumpamaan seperti ini untuk memahami narimo ing pandum.

Ada seorang direktur mempunyai tiga orang karyawan. Direktur tersebut akan pergi ke luar negeri, mungkin akan membuka bisnis baru di sana.

Dipanggillah karyawan pertama. Karyawan pertama ini seorang yang cerdas, rajin, dan jujur. Diberilah dia 5 juta rupiah.

Kemudian dipanggilah karyawan yang kedua. Karyawan yang kedua ini rajin, jujur, namun tidak begitu pintar. Diberilah karyawan kedua ini 3 juta rupiah.

Setelah itu, dipanggilah karyawan yang ketiga. Karyawan yang ketiga sebenarnya cukup pintar, namun pemalas dan kurang jujur. Diberilah karyawan ketiga ini 1 juta rupiah.

Kepada karyawan-karyawan itu, si direktur itu berpesan, “Kalian aku beri modal untuk usaha. Kembangkanlah modal ini. Nanti kalau aku balik aku akan meminta pertanggungjawaban atas modal tersebut.”

Ma’asyirol muslimin jama’ah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah

Setelah si direktur pergi, karyawan pertama segera membuka usaha baru dengan modal tersebut. Usaha tersebut berjalan lancar. Setelah sekian lama, akhirnya modal tersebut dari 5 juta rupiah menjadi 10 juta rupiah.

Karyawan kedua pun tak mau kalah, modal yang 3 juta rupiah tadi diputar dalam usahanya. Usahanya sukses. Modal yang tadinya 3 juta rupiah menjadi 6 juta rupiah.

Namun karyawan yang ketiga malah mengeluh. “Sialan pak direktur, saya cuman dikasih 1 juta. Buat apaan nih uang segini? Buat usaha mana cukup? Ya kalau usaha saya untung, kalau rugi bagaimana?” Akhirnya ditimbunlah uang 1 juta tadi ke dalam tanah.

Karyawan yang ketiga tiap harinya hanya bermalas-malasan sambil menunggu pak direktur pulang. Nanti kalau pak direktur sudah pulang tinggal gali dan balikin uang itu, pikir karyawan ketiga ini.

Setelah beberapa tahun di luar negeri, pulanglah pak direktur. Pak Direktur merasa senang karena karyawan pertama dan kedua telah berhasil mengembangkan uangnya. Diberilah kedua karyawan itu tambahan modal agar usahanya lebih maju.

Namun pak direktur sangat marah pada karyawan ketiga. Ia marah karena karyawan tersebut tidak mengusahakan uang itu, tetapi malah menimbunnya. Dipecatlah karyawan tersebut karena sifatnya yang malas dan jahat.

Dari cerita di atas, kira-kira siapakah yang “Narimo ing Pandum” ? Apakah karyawan pertama, karyawan kedua atau karyawan ketiga?

“Narimo ing Pandum” bukan berarti pasrah dan diam saja seperti karyawan ketiga.

“Narimo ing Pandum” kurang lebih seperti karyawan pertama dan kedua. Berapa pun yang diberikan, mereka terima dengan ikhlas. Karyawan kedua tidak iri karena menerima lebih sedikit dari karyawan pertama. Karyawan pertama pun tidak maruk dan meminta lebih karena merasa pintar.

Kita simpulkan, narimo ing pandum berarti menyadari segala yang diberikan kepada kita sudah sesuai dengan kemampuan kita.

Jadi “Narimo ing Pandum” bukan berarti pasrah dan diam saja atas segala yang diberikan. Namun apapun yang diberikan kepada kita, terimalah dengan ikhlas dan usahakanlah agar yang kita terima bisa berlipat ganda.

Sifat narimo ing pandum inilah yang dipuji dalam agama kita dengan istilah QANA’AH.

Keutaman sifat qana’ah disebutkan dalam beberapa hadits berikut.

1.    Memiliki qana’ah berarti telah memiliki dunia seisinya

Dari ’Ubaidillah bin  Mihshan  Al Anshary dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِى سِرْبِهِ مُعَافًى فِى جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا

“Barangsiapa di antara kalian mendapatkan rasa aman di rumahnya (pada diri, keluarga dan masyarakatnya), diberikan kesehatan badan, dan memiliki makanan pokok pada hari itu di rumahnya, maka seakan-akan dunia telah terkumpul pada dirinya.” (HR. Tirmidzi, no. 2346; Ibnu Majah, no. 4141. Abu ’Isa mengatakan bahwa hadits ini hasan ghorib).

Hadits di atas menunjukkan bahwa tiga nikmat di atas jika telah ada dalam diri seorang muslim, maka itu sudah jadi nikmat yang besar. Siapa yang di pagi hari mendapatkan tiga nikmat tersebut berarti ia telah memiliki dunia seisinya. (Lihat Rossy Al-Barod Syarh Al-Adab Al-Mufrod, hlm. 160.)

2.    Orang Yang Qana’ah Adalah Orang Yang Beruntung

Hadits lainnya, dari ’Abdullah bin ’Amr bin Al ’Ash radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ هُدِىَ إِلَى الإِسْلاَمِ وَرُزِقَ الْكَفَافَ وَقَنِعَ بِهِ

“Sungguh beruntung orang yang diberi petunjuk dalam Islam, diberi rizki yang cukup, dan qana’ah (merasa cukup) dengan rizki tersebut.” (HR. Ibnu Majah, no. 4138. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).


3.    Kalau Rajin Memandang Ke Bawah (Qana’ah) Akan Rajin Bersyukur

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ ». قَالَ أَبُو مُعَاوِيَةَ « عَلَيْكُمْ

“Lihatlah pada orang yang berada di bawah kalian dan janganlah perhatikan orang yang berada di atas kalian. Lebih pantas engkau berakhlak seperti itu sehingga engkau tidak meremahkan nikmat yang telah Allah anugerahkan -kata Abu Mu’awiyah- padamu.” (HR. Ibnu Majah, no. 4138, shahih kata Syaikh Al-Albani).


4.    Qana’ah Berarti Telah Mendapatkan Kaya Yang Hakiki

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

“Yang namanya kaya bukanlah dengan memiliki banyak harta, akan tetapi yang namanya kaya adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari, no. 6446; Muslim, no. 1051; Tirmidzi, no. 2373; Ibnu Majah, no. 4137).

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ

 

KHUTBAH KEDUA

الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

Ma’asyirol muslimin jama’ah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah

Dengan sifat narimo ing pandum, menerima segala pemberian, ternyata punya manfaat yang besar. Manfaat utama akan membuat kita semakin bersyukur dan jauh dari sifat hasad atau cemburu pada rezeki yang ada pada orang lain.

Ya Allah, anugerahkanlah kami sifat yang qana’ah. Moga kami menjadi hamba yang qana’ah dan kaya hati, yaitu dianugerahi hati yang selalu merasa cukup dan menerima segala pemberian-Mu, Ya Allah.

Ada do’a yang bisa diamalkan agar diberikan sifat qana’ah. Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,

أنَّ النبيَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يقول :  اللَّهُمَّ إنِّي أسْألُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca do’a: “ALLAHUMMA INNI AS-ALUKAL HUDA WAT TUQO WAL ‘AFAF WAL GHINA” (Ya Allah, aku meminta pada-Mu petunjuk, ketakwaan, diberikan sifat ‘afaf -dijauhkan dari yang haram- dan ghinaa -sifat kecukupan, narimo ing pandum-).” (HR. Muslim, no. 2721)

اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ

اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ


Klaten, 22 Juli 2022

Dibuat oleh: Amirul Huda Syaifullah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar