Khutbah
‘Idul Adha 1443 H.
Uswatun
Hasanah Nabi Ibrahim As.
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ
هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ
تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
أَشْهَدُ أَنْ
لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمّ صَلّ
وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ
إِلَى يَوْمِ الدّيْن
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا
النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ
مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا
اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ
رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا أَمَّا
بَعْدُ
اللهُ أَكْبَرُ
اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ
الحَمْدُ
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah
Jama’ah shalat ‘idul adha yang semoga Allah berkahi dan rahmati
Tidak
ada perkara yang paling penting dalam memaknai pertemuan kita pada kesempatan
hari ini, ketika kita berbondong-bondong menyambut panggilan suci dibulan
dzulhijjah kecuali adalah rasa syukur
kita kepada Allah SWT. Maha sempurna Allah atas segala dzat dan sifatnya, dan
sempurna Allah atas segala ketetapan takdir-Nya dan syariat-Nya.
Siapapun
seseorang yang bersandar kepada Allah, maka Allah tidak akan menyiakan
kehidupan dia baik didunia maupun di akhiratnya. Karena sesungguhnya tidak ada
suatu sebab yang menjadikan hati seseorang sedih dan kecewa atas segala yang
menimpa dirinya, melainkan ketika hatinya banyak menggantungkan harapan kepada
sesama makhluk dan meninggalkan harapan kita kepada Allah SWT.
Dan
inilah yang menjadikan kita senantiasa bersyukur terkhusus pada hari ini karena
semua kenikmatan dan ketaatan yang kita dapatkan bukan karena hebatnya kita
dalam iman. Bukan pula karena kekuatan kita dalam taqwa, tetapi kita pada
kesempatan hari ini ketika menyambut panggilan suci yang berkumandang semata
mata karena hebatnya Allah ketika menolong hamba yang Allah pilih di dalam
keimanan dan ketakwaan. Kepada-Nya kita bersyukur karena sesungguhnya bukan
bahagia yang menjadikan kita bersyukur, melainkan sepatutnya seorang bersyukur
agar Allah limpahkan rasa bahagia didalam dirinya. Dan sebaliknya siapapun
diantara kita yang merasa dirinya tidak diliputi rasa bahagia,maka pasti akan
permasalahannya adalah kurangnya dia bersyukur kepada Allah atas segala
ketetapan takdir yang diberikan kepadanya.
Shalawat
dan salam marilah kita ucapkan kepada Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam
manusia junjungan bagi hamba-hamba yang beriman. Hakikat cinta seorang muslim
manakala ia mengaku cinta kepada Rasulullah SAW. bukan diukur sebatas fasihnya
kita mengucapkan shalawat kepada Nabi SAW. tetapi bagaimana kita menjadikan
beliau sebagai suri tauladan dalam kehidupan kita, menselaraskan kehidupan kita
dengan Rasulullah SAW. semampu semaksimal kita krn itu hakikat cinta seorang
muslim kepada Rasulullah SAW.
اللهُ أَكْبَرُ
اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ
الحَمْدُ
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah
Dipagi
hari ini, di Idul Adha 10 Dzulhijjah, ini merupakan salah satu diantara puncak
hari-hari terbaik kaum muslimin, setelah 9 hari di bulan dzulhijjah telah kita
lewat, hari-hari emas dimana Allah menyiapkan untuk kaum muslimin agar kita
berlomba-lomba mendapat rahmat dan ampunannya yang luas. Sekecil apapun amalan
seorang muslim manakala ia lakukan di 10 hari awal bulan dzulhijjah walaupun
nampaknya amalan tersebut adalah amalan yang kecil, sunnah yang biasa, namun
sejatinya amal tersbut akan bernilai besar disisi Allah, bernilai utama di 10
awal bulan dzulhijjah. Sebagaimana Allah telah pilih hari-hari emas, di bulan
emas, 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Maka pada bulan ini dzulhijjah ini Allah
berikan hari-hari emas di 10 hari pertamanya, dan puncaknya adalah hari ini.
Sebuah
sabda Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam berkaitan dengan keutamaan 10
hari awal bulan Dzulhijjah, dari hadits
riwayat Imam Bukhari, dikatakan bahwasnya Ibnu Abbas r.a.huma. berkata, Nabi
SAW. bersabda:
مَا مِنْ
أَيَّامٍ اَلْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ هَذِهِ
الْأَيَّام. يَعْنِي أَيَّام الْعُشْرِ. قَالُوْا: يَا رَسُولَ اللهِ، وَلاَ
الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ؟ قَالَ: وَلاَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ، إِلاَّ
رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ ، فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيءٍ. (رواه
البخاري)
“Tidak
ada satu amalan yang Allah cintai, tidak ada ketaatan yang Allah ridhoi.
Kecuali ketaatan yang dikerjakan di 10 hari pertama bulan dzulhijjah. Tidak ada
hari di mana amal kebaikan saat itu lebih dicintai oleh Allah dibanding
hari-hari tersebut. Sampai para sahabat bertanya: Apakah sampai orang yang berjihad
tidak mampu menandinginya ya Rasulullah?”, Rasululullah menjawab dengan tegas:
“bahkan orang yang berjihad sekalipun tidak mampu menandingi ketaatan yang
dikerjakan di 10 hari pertama bulan dzulhijjah kecuali orang yang keluar
berjihad dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan harta dan
jiwanya.” (HR. Al-Bukhari)
Itulah
keutamaan yang Rasulullah terangkan kepada kita tentang keutamaan 10 hari
pertama dibulan dzulhijjah.
اللهُ أَكْبَرُ
اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ
الحَمْدُ
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah
10
hari pertama dibulan dzulhijjah Bergandengan dengan 10 hari terakhir dibulan
Ramadhan dengan besarnya keutamaan didalamnya. Maka selayaknya Ramadhan menjadi
madrasah, tempat belajar bagi orang yang beriman, maka sebagaimana itu pulan
bulan dzulhijjah sepatutnya menjadi madrasah bagi orang yang beriman pula.
Sosok utama dari madrasah besar di bulan dzulhijah yang merupakan tokoh dari
peristiwa bersejarah kaum muslimin tidak lain dan tidak bukan adalah Nabi
Ibrahim dan Nabi Ismail ‘alaihimas salam.
Maka
setelah kita tahu bahwasnya dzulhijjah merupakan sebuah madrasah, tempat
belajar. Maka marilah kita menjadi penuntut ilmu didalamnya, mencari tahu
hikmah yang dapat kita petik dari pelajaran-pelajaran yang dismpaikan dan
diperlihatkan oleh Nabi Ibrahim. Karena merupakan salah satu teladan bagi kaum
muslimin, tidak hanya rasulullah, melainkan juga Nabi Ibrahim as. Sebagaimana
Allah SWT berfirman dalam surat al-mumtahanah:
قَدۡ كَانَتۡ
لَكُمۡ أُسۡوَةٌ حَسَنَةً فِيٓ إِبۡرَٰهِيمَ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ
“Sesungguhnya telah ada
suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan
dia”.
أَكْبَرُ اللهُ
أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah
Dalam
kesempatan kali ini, kita akan mengambil 3 pelajaran yang bisa kita dapati dari
intisari kehidupan kisah Nabi Ibrahim as. yang nantinya bisa kita jadi pijakan
dalam menjalani kehidupan sebagai seorang muslim, karena sesungguhnya kehidupan
kita manakalan kita telah memilih untuk beriman, maka kita menerima konsekuensi
kehidupan orang yang berimana yakni sama seperti para nabi dan rasul ketika
mereka menghadapi berbagai rintangan dalam menjalani kehidupan mereka.
Sebagaima Allah telah tegaskan di QS. Al-Ankabut:
أَحَسِبَ
ٱلنَّاسُ أَن يُتۡرَكُوٓاْ أَن يَقُولُوٓاْ ءَامَنَّا وَهُمۡ لَا يُفۡتَنُونَ ٢ وَلَقَدۡ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن
قَبۡلِهِمۡۖ فَلَيَعۡلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْ وَلَيَعۡلَمَنَّ
ٱلۡكَٰذِبِينَ ٣
2. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka
dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka
tidak diuji lagi?
3. Dan sesungguhnya kami telah menguji
orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang
yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah
Pelajaran
pertama, yang dapat kita ambil dalam kisah Nabi Ibrahim, yakni rintangan dakwah
yang beliau hadapi manakala berdakwah di babilonia atau negeri irak pada saat
sekarang. Sama-sama kita pelajari dan ketahui bahwasanya Nabi Ibrahim
berhadapan dengan Namrud, seorang penguasa sekaligus mengklaim dirinya sebagai
seorang tuhan dan meletakkan penghambaan tuhan itu dengan berhala dan
benda-benda dilangit. Maka pada puncaknya ketika perkataan dan nasihat Nabi
Ibrahim tidak diperdulikan oleh telinga-telinga masyarakat disitu, maka cara
yang dilakukan Nabi Ibrahim yakni dengan petunjuk wahyu dari Allah SWT, maka
Nabi Ibrahim menghancurkan berhala-berhala yang ada pada saat itu, untuk
menerangkan kepada masayarakat bahwa sesembahan mrk tidak dapat memberikan
manfaat sedikitpun.
قَالَ
أَفَتَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَنفَعُكُمۡ شَيۡئًا وَلَا
يَضُرُّكُمۡ
Ibrahim
berkata: Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat
memberi manfaat sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudharat kepada kamu?"
Dengan
kisah ini kita ketahui bahwasanya Nabi Ibrahim hanya karena dirinya
menyampaikan suatu kebenaran. Dibenci bukan karena akhlak yg buruk, justru
sebaliknya berakhlak baik, namun beliau dibenci diatas kebenaran syariat yang
ia bawa.
Menjadi
pelajaran kepada kita bagaiamana sikap kita manakala, dalam mengemban dakwah
islam, krn sejatinya semua orang mukmin dibebani kewajiban ini semampu yang ia
bisa, maka sebelum itu patut kita ketahui bahwasanya jalan kebenanran adalah
jalan yang sukar, yang tidak banyak disukai tapi buahnya manis, begitu pula
sebaliknya.
Maka
dikisahkan pada saat itu pula sekelompok semut berbondong-bondong membantu
memadamkan api Nabi Ibrahim, walaupun mustahil. Tapi sebagai suatu Ibrah kepada
kita sebagai seorang Muslim apakah kita sudah berada dijalan kebenaran,
sebagaima semut yang ingin membuktikan kepada Allah keberpihakan atas kebenaran
yang dibawa Nabi Ibrahim, atau justru kita menenntang kebenaran, membenci kebenaran
sebagaimana Namrud dan pengikutnya.
Maka
idul adha ini sebagai intropeksi bagi kita apakah sudah memegang kebanaran dan
berakhlaq sebagaimana nabi Ibrahim.
اللهُ أَكْبَرُ
اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ
الحَمْدُ
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah
Pelajaran
kedua, Yakni ujian tentang potret kehidupan keluarga Nabi Ibrahim as.
yang Allah abadikan dalam Al-Qur’an tentang bagaiama ujian yang diterima Nabi
Ibrahim atas kecintaanya kepada ayahnya Azar yang justru merupakan seorang yang
membuat patung berhala, yang jelas-jelas bertentangan dengan ajaran Nabi
Ibrahim.
Disinilah
kita dapati bahwasnya ujian orang-orang beriman terkdang akan mendapatkan ujian
dari lingkup orang-orang terdekatnya. Kenapa kemudian keluarga Nabi dan
orang-orang shalih justru diuji sedemikian dengan keluarganya, luth dengan
istrinya, nuh dengan anaknya, asyiyah dengan fir’aun suaminya, ada yang
menghadapi bapaknya sebagaimana Ibrahim, Nabi dengan pamannya.
Memberikan
pelajaran bahwasanya tidak ada keluarga, lingkungan yang benar-benar ideal,
harmonis, rukun, krn sesungguhnya masing-masing diantara kita pasti akan
mendapatkan ujian.
Sikap
teladan yang dapat kita teladani dalam ujian Nabi Ibrahim atas bapaknya, tidak
sedikitnpun kalimat kasar beliau lontarkan kepada bapaknya meskipun pada saat
itu bapaknya justru bertabrakan keras dengan apa yang ia bawa. Kita perhatikan
kalimat yang disampaikan Nabi Ibrahim kepada bapakanya, diabadikan dalam QS.
Maryam,
إِذۡ
قَالَ لِأَبِيهِ يَٰٓأَبَتِ لِمَ تَعۡبُدُ مَا لَا يَسۡمَعُ وَلَا يُبۡصِرُ وَلَا
يُغۡنِي عَنكَ شَيۡئًا
٤٢ يَٰٓأَبَتِ
إِنِّي قَدۡ جَآءَنِي مِنَ ٱلۡعِلۡمِ مَا لَمۡ يَأۡتِكَ فَٱتَّبِعۡنِيٓ أَهۡدِكَ
صِرَٰطًا سَوِيًّا ٤٣
يَٰٓأَبَتِ
لَا تَعۡبُدِ ٱلشَّيۡطَٰنَۖ إِنَّ ٱلشَّيۡطَٰنَ كَانَ لِلرَّحۡمَٰنِ عَصِيًّا ٤٤ يَٰٓأَبَتِ إِنِّيٓ أَخَافُ أَن
يَمَسَّكَ عَذَابً مِّنَ ٱلرَّحۡمَٰنِ فَتَكُونَ لِلشَّيۡطَانِ وَلِيًّا ٤٥
42. Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya;
"Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak
melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun?
43.
Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan
yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan
kepadamu jalan yang lurus.
44.
Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu
durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah.
45.
Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari
Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaitan".
اللهُ أَكْبَرُ
اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ
الحَمْدُ
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah
Pelajaran
ketiga, yang dapat kita ambil dalam kisah Nabi Ibrahim, yakni ketika kita
dapat merenungkan apa yang telah Allah terangkan dalam QS. As-Saffat 102,
ketika Nabi Ibrahim berkata pada anaknya.
قَالَ
يَٰبُنَيَّ إِنِّيٓ أَرَىٰ فِي ٱلۡمَنَامِ أَنِّيٓ أَذۡبَحُكَ فَٱنظُرۡ مَاذَا
تَرَىٰۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُۖ سَتَجِدُنِيٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ
مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ
“Ibrahim berkata: ‘Hai
anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka
fikirkanlah apa pendapatmu!’ Ia menjawab: ‘Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang
yang sabar’".
Dalam
peristiwa ini, merupakan sejarah abadi yang secara terus menerus terekam dalam
sejarah manusia. Dimana pelajaran faedah yang dapat kita petik dari peristiwa
tersebut adalah bentuk sikap seorang muslim yang digambarkan dalam pribadi
mulia Nabi Ibrahim as. manakala dihadapkan perintah Allah SWT. sikap keimanan dan ketakwaan yang berbuah
kepatuhan tanpa syarat, ketaatan tanpa tapi, manakala ia dihadapkan dengan
perintah, yang bilamana hal ini terjadi pada zaman sekarang maka tidak lain
tidak bukan, melainkan Nabi Ibrahim as. akan di cap sebagai ayah yang jahat.
Maka
pada peristiwa ini, dan pada perayaan idul adha ini merupakan suatu momen
perayaan sekaligus memojokkan pemikiran kaum liberal yang mereka mengatakan
bahwasnya segala sesuatu harus berdasarkan dengan akal. Karena dengan ini kita
tahu, bahwasnya syariat terkadang tidak hanya bisa dilogika dengan akal akan
tetapi syariat juga harus ditaati dengan iman yang kuat, dengan keyakinan yang
sungguh, bilamana syariat itu benar datangnya dari Allah dan Rasulnya SAW.
فَلَمَّآ
أَسۡلَمَا وَتَلَّهُۥ لِلۡجَبِينِ
١٠٣ وَنَٰدَيۡنَٰهُ
أَن يَٰٓإِبۡرَٰهِيمُ ١٠٤ قَدۡ
صَدَّقۡتَ ٱلرُّءۡيَآۚ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجۡزِي ٱلۡمُحۡسِنِينَ ١٠٥
103. Tatkala keduanya telah berserah diri dan
Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya).
104. Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim,
105. sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu
sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat
baik.
Peristiwa ini adalah ujian Allah
pada Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, menunjukkan akan kecintaan Ibrahim pada
Rabbnya. Allah menguji Ibrahim lewat anak yang benar-benar ia cintai, Akhirnya,
Allah mengganti dengan domba sebagai tebusan. Ibrahim bukan menyembelih
Isma’il, namun menyembelih seekor domba.
اللهُ أَكْبَرُ
اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ
الحَمْدُ
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah
Peristiwa
yang ketiga ini, Nabi Ibrahim diuji dengan penyembelihan, kenapa diuji dengan penyembelihan?
Untuk memberi pegangan bagi orang yang beriman dan terutama pada zaman fitnah,
siapapun yang berpegang teguh dan sabar terhadap syariat maka Allah kuatkan
dia, Allah limpahkan karunia dan kemulian baginya. Semoga dengan 3 perkara ini
mampu menjadi ibrah, pembelajaran bagi kita semua, di momen perayaan hari besar
kaum muslimin, bulan dzulhijjah sebagai madrasah besar bagi kaum muslimin.
1.
Siapapun
diantara kita yang dibenci krn kebenaran maka itu adalah anugerah, tapi
siapapun yang dibenci krn akhlaq maka itu adalah musibah.
2.
Siapapun yang
diuji dengan orang-orang disekitarnya, maka hendaklah ia bersabar sebagaimana
sabarnya Ibrahim mendakwahi bapaknya Azar.
3.
Menjunjung
syariat sebagaimana apa-apa yang telah ditetaplkan Allah dan Rasulnya, mendahulukan
meletakkan keimanan kita diatas logika akal kita.
Semoga
kita termasuk orang-orang yang Allah beri keberkahan atas bulan ini.
اِنَّ اللهَ
وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ
آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ
الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدَّعْوَةِ
اللَّهُمَّ
اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ وَمِنْ
طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِينِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ
عَلَيْنَا مُصِيبَاتِ الدُّنْيَا وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا
وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا
عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا وَلاَ تَجْعَلْ
مُصِيبَتَنَا فِى دِينِنَا وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ
مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
“Ya
Allah, anugerahkanlah untuk kami rasa takut kepada-Mu, yang dapat menghalangi
antara kami dan perbuatan-perbuatan maksiat kepada-Mu, dan (anugerahkanlah
kepada kami) ketaatan kepada-Mu yang akan menyampaikan Kami ke surga-Mu dan
(anugerahkanlah pula) keyakinan yang akan menyebabkan ringannya bagi kami
segala musibah dunia ini. Ya Allah, anugerahkanlah kenikmatan kepada kami
melalui pendengaran kami, penglihatan kami dan dalam kekuatan kami selama kami
masih hidup, dan jadikanlah ia warisan dari kami. Jadikanlah balasan kami atas
orang-orang yang menganiaya kami, dan tolonglah kami terhadap orang yang
memusuhi kami, dan janganlah Engkau jadikan musibah kami dalam urusan agama
kami, dan janganlah Engkau jadikan dunia ini sebagai cita-cita terbesar kami
dan puncak dari ilmu kami, dan jangan Engkau jadikan orang-orang yang tidak
menyayangi kami berkuasa atas kami.”
رَبَّنَا لَا
تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً
إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
اللَّهُمَّ
إِنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى
اللَّهُمَّ
اكْفِنَا بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنَا بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
اللَّهُمَّ
أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِى الأُمُورِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْىِ الدُّنْيَا
وَعَذَابِ الآخِرَةِ
اَللَّهُمَّ
أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ
وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ
بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ
وَالنَّاصِحِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
رَبَّنَا هَبْ
لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا
لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا
فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ
عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ ومَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ
دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Klaten,
8 Juli 2022
Dibuat
oleh : Amirul Huda Syaifullah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar