Cari Blog Ini

Sabtu, 26 Oktober 2019

SEJARAH MUHAMMADIYAH (Profil KH. Ahmad Dahlan)


Foto KH. Ahmad Dahlan
A. Kelahiran dan Garis Keturunan
Kyai Haji Ahmad Dahlan adalah seorang pemuka agama dan sekaligus Pahlawan Nasional Indonesia. Lahir dengan nama Muhammad Darwis di Yogyakarta pada tanggal 1 Agustus 1868 dan meninggal di Yogyakarta pada tanggal 23 Februari 1923 tepat pada umur 54 tahun. Beliau kemudian dimakamkan di kampung Karangkajen, Brontokusuman, wilayah bernama Mergangsan di Yogyakarta.
Ahmad Dahlan adalah anak keempat dari tujuh bersaudara yang ada di keluarga KH Abu Bakar. KH Abu Bakar sendiri adalah seorang tokoh agama yang terkemuka dan sekaligus khatib di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta di era Hindia Belanda. Sedangkan ibu dari KH Ahmad Dahlan merupakan puteri dari Haji Ibrahim yang waktu itu menjabat sebagai penghulu di Kesultanan NgayogyakartaHadiningrat pada masa lalu.
Garis keturunan KH Ahmad Dahlan bisa dilacak ke salah satu Wali Songo tepatnya Maulana Malik Ibrahim yang waktu itu menjadi pemimpin penyebaran Islam di tanah Jawa. Dan dari Maulana Malik Ibrahim pula garis keturunannnya terhubung ke Nabi besar Muhammad SAW. Silsilahnya tersebut ialah Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana ‘Ainul Yaqin, Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom), Demang DjurungDjuruSapisan, Demang DjurungDjuruKapindo, Kyai Ilyas, Kyai Murtadla, KH Muhammad Sulaiman, KH Abu Bakar, dan Muhammad Darwis (Ahmad Dahlan).

B. Riwayat Pendidikan
Pendidikan dasarnya dimulai dengan belajar membaca, menulis, mengaji Al-Qur’an, dan kitab-kitab agama. Pendidikan ini diperoleh langsung dari ayahnya. Menjelang dewasa, ia mempelajari dan mendalami ilmu-ilmu agama kepada beberapa ulama besar waktu itu. Diantaranya ia K.H. Muhammad Saleh (ilmu fiqh), K.H. Muhsin (ilmu nahwu), K.H. R. Dahlan (ilmu falak), K.H. Mahfudz dan Syekh KhayyatSattokh (ilmu hadis), Syekh Amin dan Sayyid Bakri (qira’at Al-Qur’an), serta beberapa guru lainya. Dengan data ini, tak heran jika dalam usia relatif muda, ia telah mampu menguasai berbagai disiplin ilmu keislaman. Ketajaman intelektualitasnya yang tinggi membuat Dahlan selalui merasa tidak puas dengan ilmu yang telah dipelajarinya dan terus berupaya untuk lebih mendalaminya.
Selelah beberapa waktu belajar dengan sejumlah guru, la menunaikan ibadah haji ketika berusia 15 tahun, lalu dilanjutkan dengan menuntut ilmu agama dan bahasa Arab di Mekkah selama lima tahun. ia banyak bertemu dan melakukan muzakkarah dengan sejumlah ulama Indonesia yang bermukim di Mekkah. Di antara ulama tersebut adalah; Syekh Muhammad Khatib al-Minangkabawi, Kiyai Nawawi al-Banteni, Kiyai Mas Abdullah, dan Kiyai Faqih Kembang.
Pada saat itu pula, Dahlan mulai berkenalan dengan ide-ide pembaharuan yang dilakukan melalui penganalisaan kitab-kitab yang dikarang oleh reformer Islam, , seperti Muhammad Abduh, al-Afghani, Rasyid Ridha, dan IbnTaimiyah. Buah pemikiran tokoh-tokoh Islam ini mempunyai pengaruh yang besar pada Darwis. Jiwa dan pemikirannya penuh disemangati oleh aliran pembaharuan ini yang kelak kemudian hari memprakarsai berdirinya organisasi Islam Muhammadiyah, yang bertujuan untuk memperbaharui pemahaman keagamaan (keislaman) yang mulai menyimpang.
Sekembalinya dari Mekkah, ia mengganti namanya menjadi Haji Ahmad Dahlan, Namanya itu diberi oleh seorang syekh dari perguruan syariat Syafi’i yang bernama Sayyid Bakri Shatta yang diambil dari nama seorang mufti yang terkenal dari Mazhab Syafi’i di Mekkah, yaitu Ahmad bin Zaini Dahlan. Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Pada tahun 1912, ia mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta.
Sepulang dari Mekkah tepatnya setelah berumur 24 tahun, K.H Ahmad Dahlan menikahi Siti Walidah, sepupunya sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil yang kemudian dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan. seorang Pahlawan Nasional dan pendiri Aisyiyah Dari pernikahannya K.H Ahmad Dahlan dikaruniai 6 orang anak. yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah.
Disamping itu KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H. Abdullah. la juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Ia pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta.

Daftar Pustaka 
https://www.academia.edu
https://www.biografiku.com
http://www.daarelfalaah.or.id
https://www.eprints.ums.ac.id
https://www.ervan1420.wordpress.com
https://www.sejarahlengkap.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar