Kesalahan
Pelaksanaan Shalat Jama’ah
Jama’ah shalat
Jum’at rahimani wa rahimakumullah
Sungguh banyak nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Nikmat yang paling besar adalah Allah masih memberikan nikmat Iman dan Islam. Tugas kita adalah mensyukurinya dengan terus memperbaiki ketakwaan kita pada Allah. Allah memerintahkan,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu
mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.”
(QS. Ali Imran: 102)
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada nabi akhir zaman, suri tauladan kita, dan yang menjadi pembuka pintu surga di akhirat kelak, yaitu nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, begitu pula kepada para sahabat, dan para tabi’in serta setiap orang yang mengikuti jejak mereka dengan baik hingga akhir zaman.
Kaum muslimin jama’ah shalat Jum’at
yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah Ta’ala
Kita tahu bahwa prtintah shalat berjamaah sangat ditekankan bagi umat muslim terutama bagi kaum pria. Namun dalam
pelaksanaannya sebagian ada yang belum
memahami mengenai aturan-aturan dalam shalat berjamaah. Padahal aturan-aturan
tersebut menjadi syarat agar dapat mencapai kesempurnaan manakala kita
melaksanakan shalat berjamaah.
Aturan-aturan yang sering dilalaikan oleh sebagian dari kita, yang sudah
menjadi kebiasaan, dan tentunya hal ini tidak boleh dipandang sebagia suatu hal
yang wajar, melainkan harus kita rubah dan kita luruskan sebagaiamana yang
telah ditetapkan oleh syariat.
Dalam khutbah kali ini khatib akan menjelaskan lima kesalahan yang sering ditemukan terkait shalat berjamaah.
Ma’asyirol muslimin rahimani wa
rahimakumullah
Adapun kesalahan dalam shalat berjaamah yang pertama adalah
Pertama, yaitu perhatian
dengan shalat berjamaah
Dikira shalat berjamaah bagi pria tidaklah wajib walaupun diakui bahwa
dalam hal ini terdapat perselisihan dikalangan para pakar fiqih apakah shalat
jama’ah itu fardhu ’ain (wajib bagi setiap muslim), sunnah, atau fardhu kifayah
(jika sebagian sudah menunaikannya maka gugur kewajiban yang lain).
Akan tetapi tidaklah hal ini diperbolehkan untuk dijadikan dasar seseoranng
meremehkan untuk tidak melaksanakan shalat berjamaah.
Salah satu dalil yang menjadi perintah shalat atau kewajiban melaksanakan
shalat berjamaah adalah perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada
seorang yang buta.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, seorang lelaki buta datang kepada Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dan berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ لَيْسَ لِى قَائِدٌ يَقُودُنِى
إِلَى الْمَسْجِدِ. فَسَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنْ يُرَخِّصَ
لَهُ فَيُصَلِّىَ فِى بَيْتِهِ فَرَخَّصَ لَهُ فَلَمَّا وَلَّى دَعَاهُ فَقَالَ «
هَلْ تَسْمَعُ النِّدَاءَ بِالصَّلاَةِ ». فَقَالَ نَعَمْ. قَالَ « فَأَجِبْ ».
”Wahai Rasulullah, saya tidak memiliki penunjuk jalan yang dapat
mendampingi saya untuk mendatangi masjid.” Maka ia meminta keringanan kepada
Rasulullah untuk tidak shalat berjama’ah dan agar diperbolehkan shalat di
rumahnya. Kemudian Rasulullah memberikan keringanan kepadanya. Namun ketika lelaki itu hendak beranjak, Rasulullah
memanggilnya lagi dan bertanya,“Apakah kamu mendengar adzan?” Ia menjawab,”Ya”.
Rasulullah bersabda,”Penuhilah seruan (adzan) itu.”
Hal ini ditegaskan kembali dalam hadits ‘Abdullah Ibnu Ummi Maktum berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ الْمَدِينَةَ كَثِيرَةُ الْهَوَامِّ
وَالسِّبَاعِ. فَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- أَتَسْمَعُ حَىَّ عَلَى
الصَّلاَةِ حَىَّ عَلَى الْفَلاَحِ فَحَىَّ هَلاَ
“Wahai
Rasulullah, di Madinah banyak sekali tanaman dan binatang buas. Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah kamu mendengar seruan adzan
hayya ‘alash sholah, hayya ‘alal falah? Jika iya, penuhilah seruan adzan
tersebut.” (HR. Abu Daud,
no. 553 dan An-Nasa’i, no. 852. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits
ini shahih)
Ibnul Mundzir
rahimahullah berkata,
“Jika seorang
buta tidaklah diberi keringanan, ia tetap disuruh shalat berjamaah oleh Rasul
shallallahu ‘alaihi wa sallam, bagaimanakah dengan yang diberi karunia penglihatan?” (Lihat Ash-Shalah wa Hukmu Tarikiha, hlm.
108)
Ingat juga apa yang telah dikatakan oleh Imam Syafi’i rahimahullah,
وَأَمَّا الجَمَاعَةُ فَلاَ اُرَخِّصُ فِي تَرْكِهَا إِلاَّ
مِنْ عُذْرٍ
“Adapun shalat jama’ah, aku tidaklah memberi keringanan bagi seorang pun untuk meninggalkannya kecuali bila ada udzur.” (Lihat Ash-Shalah wa Hukmu Tarikiha, hlm. 107)
Kedua, baru masuk masjid kalau sudah
dikumandangkan iqamah.
Awalnya sudah
hadir, namun masih nongkrong di luar masjid. Kalau sudah iqamah kadang yang
belum berwudhu, akhirnya terburu-buru untuk berwudhu.
Ingatlah kalau
kita datang duluan di masjid lalu selalu bertakbir pertama (takbiratul ihram)
bersama imam, maka akan dapat keutamaan yang besar yaitu terbebas dari api
neraka dan terbebas dari sifat kemunafikan.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَلَّى لِلَّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا فِى جَمَاعَةٍ
يُدْرِكُ التَّكْبِيرَةَ الأُولَى كُتِبَتْ لَهُ بَرَاءَتَانِ بَرَاءَةٌ مِنَ
النَّارِ وَبَرَاءَةٌ مِنَ النِّفَاقِ
“Siapa yang
melaksanakan shalat karena Allah selama empat puluh hari secara berjamaah, ia
tidak luput dari takbiratul ihram bersama imam, maka ia akan dicatat terbebas
dari dua hal yaitu terbebas dari siksa neraka dan terbebas dari kemunafikan.” (HR. Tirmidzi, no. 241. Syaikh Al-Albani
menyatakan bahwa hadits ini hasan dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no.
2652)
Adapun yang
biasanya cepat-cepat berwudhu ketika iqamah sudah berkumandang,
bisa jadi terkena ancaman
sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia
berkata,
“Kami pernah kembali bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Makkah menuju Madinah hingga sampai menjumpai air di tengah jalan, sebagian orang tergesa-gesa untuk shalat ‘Ashar, lalu mereka berwudhu dalam keadaan terburu-buru. Kami pun sampai pada mereka dan melihat air tidak menyentuh tumit mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda,
وَيْلٌ لِلأَعْقَابِ مِنَ النَّارِ أَسْبِغُوا الْوُضُوءَ
“Celakalah tumit-tumit dari api neraka. Sempurnakanlah wudhu kalian.” (HR. Muslim, no. 241).
Jama’ah shalat Jum’at rahimani wa rahimakumullah
Ketiga, enggan
shalat tahiyatul masjid, langsung duduk.
Perhatikanlah hadits berikut,
عَنْ أَبِي قَتَادَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، قَالَ : قَالَ
رسول الله – صلى الله عليه وسلم – : (( إِذَا دَخَلَ أحَدُكُمُ المَسْجِدَ ، فَلاَ
يَجْلِسْ حَتَّى يُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ )) متفقٌ عَلَيْهِ
Dari Abu Qatadah
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian masuk masjid, maka janganlah ia
langsung duduk sampai mengerjakan shalat dua rakaat.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 444 dan
Muslim, no. 714]
Juga seringnya
yang telat datang Jumatan langsung duduk ketika imam sedang berkhutbah tanpa
mau mengerjakan shalat tahiyatul masjid dahulu.
“Dari Jabir bin ‘Abdullah, ia berkata, Sulaik Al-Ghathafani datang pada hari Jum’at dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang berkhutbah, lantas Sulaik masuk masjid lalu langsung duduk.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di tengah-tengah khutbah berkata padanya,
يَا سُلَيْكُ قُمْ فَارْكَعْ رَكْعَتَيْنِ وَتَجَوَّزْ
فِيهِمَا – ثُمَّ قَالَ – إِذَا جَاءَ أَحَدُكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَالإِمَامُ
يَخْطُبُ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ وَلْيَتَجَوَّزْ فِيهِمَا
“Wahai Sulaik, berdirilah, lakukanlah shalat dua raka’at. Kerjakanlah sekedar yang wajib saja dalam dua raka’at tersebut. Kemudian ia berkata, “Jika salah seorang di antara kalian datang pada hari Jum’at dan imam sedang berkhutbah, maka lakukanlah shalat dua raka’at. Namun cukupkanlah dengan yang wajib saja (ringkaslah, pen-).” (HR. Muslim, no. 875)
Keempat, lebih
cepat gerakannya dari imam dalam shalat berjamaah.
JCoba perhatikan
hadits yang menunjukkan larangan keras bagi orang yang mendahului imam.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَمَا يَخْشَى الَّذِى يَرْفَعُ رَأْسَهُ قَبْلَ الإِمَامِ
أَنْ يُحَوِّلَ اللَّهُ رَأْسَهُ رَأْسَ حِمَارٍ
“Tidakkah orang
yang mengangkat kepalanya sebelum imam akan Allah rubah kepalanya menjadi
kepala himar (keledai).” (HR. Muslim, no.
427)
Kata Imam Ibnul
‘Imad Al-Aqfahsi Asy-Syafi’i rahimahullah dalam Al-Qaul At-Taam fii Ahkam
Al-Ma’mum wa Al-Imam (hlm. 38), makna hadits tersebut adalah Allah merubah
kepala orang yang mendahului imam itu dengan kepala keledai, badannya tetap
badan manusia.
Makna lainnya kata beliau pula, bisa jadi seluruh tubuhnya jadi keledai. Hal ini nyata bisa terjadi perubahan bentuk -moga Allah menyelamatkan kita darinya-. Perubahan rupa seperti ini bisa terjadi hanya karena lantaran sangat-sangat murka. Sebagaimana dalam ayat lain juga disebutkan,
قُلْ هَلْ أُنَبِّئُكُمْ بِشَرٍّ مِنْ ذَلِكَ مَثُوبَةً عِنْدَ
اللَّهِ مَنْ لَعَنَهُ اللَّهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ
وَالْخَنَازِيرَ
“Katakanlah: “Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu disisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi.” (QS. Al-Maidah: 60)
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
KHUTBAH KEDUA
الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
Ma’asyirol muslimin jama’ah shalat
Jumat rahimani wa rahimakumullah
Setelah kita
melihat empat kesalahan terkait shalat berjamaah. Ada hal kelima yang sering
kita temukan pula kesalahannya, yaitu enggan meluruskan dan merapatkan shaf
shalat.
Perintah meluruskan shaf shalat dapat dilihat dalam hadits dari An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَتُسَوُّنَّ صُفُوفَكُمْ أَوْ لَيُخَالِفَنَّ اللَّهُ بَيْنَ
وُجُوهِكُمْ
“Hendaknya kalian
meluruskan shaf kalian atau tidak Allah akan membuat wajah kalian berselisih.” (HR. Bukhari, no. 717 dan Muslim, no. 436).
Imam Nawawi
rahimahullah berkata,
“Tidak lurusnya
shaf akan menimbulkan permusuhan dan kebencian, serta membuat hati kalian
berselisih.” (Syarh Shahih
Muslim, 4: 157)
Adapun mengenai cara merapatkan shaf disebutkan dalam hadits Anas berikut.
عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ «
أَقِيمُوا صُفُوفَكُمْ فَإِنِّى أَرَاكُمْ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِى » . وَكَانَ
أَحَدُنَا يُلْزِقُ مَنْكِبَهُ بِمَنْكِبِ صَاحِبِهِ وَقَدَمَهُ بِقَدَمِهِ
“Dari Anas
radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
”Luruskanlah shaf kalian, aku melihat kalian dari belakang punggungku.” Lantas
salah seorang di antara kami melekatkan pundaknya pada pundak temannya, lalu
kakinya pada kaki temannya.”
(HR. Bukhari, no. 725).
Apa keutamaan
merapatkan shaf?
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ سَدَّ فُرْجَةً بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي الجَنَّةِ
وَرَفَعَهُ بِهَا دَرَجَةً
“Barang siapa
yang menutupi suatu celah (dalam shaf), niscaya Allah akan mengangkat
derajatnya karena hal tersebut dan akan dibangunkan untuknya sebuah rumah di
dalam surga.” (HR. Al-Muhamili
dalam Al-Amali, 2: 36. Disebutkan dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no.
1892)
Merapatkan shaf juga akan membuat setan tidak menempati celah yang kosong. Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika merapatkan shaf, beliau mengatakan,
وَسُدُّوا الْخَلَلَ؛ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ فِيمَا
بَيْنَكُمْ بِمَنْزِلَةِ الْحَذَفِ
“Tutup setiap celah shaf, karena setan masuk di antara shaf kalian seperti anak domba.” (HR. Ahmad, 5: 262)
Ma’asyirol muslimin jama’ah shalat
Jumat rahimani wa rahimakumullah
Kesimpulan kita
ada lima kesalahan terkait shalat berjamaah yang sudah dibahas, maka seharusnya
yang dilakukan:
1.
Shalat
berjamaah itu wajib sehingga berusaha untuk terus menjaganya.
2.
Jangan
sampai telat dari takbiratul ihram bersama imam, termasuk pula jangan
cepat-cepat dalam berwudhu.
3.
Hendaklah
tetap memperhatikan shalat tahiyatul masjid setiap kali masuk masjid, jangan
sampai menganggap remeh.
4.
Jangan
sampai mendahului imam dalam shalat berjamaah.
5.
Menjaga
lurus dan rapatnya shaf dalam shalat berjamaah.
Moga Allah
subhanahu wa ta’ala membetulkan ibadah-ibadah kita dengan terus diberi taufik
dalam ilmu, serta moga ibadah-ibadah kita diterima di sisi-Nya.
Khatib mengingatkan di akhir khutbah ini untuk memperbanyak shalawat pada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Siapa yang memperbanyak shalawat pada beliau, maka ia akan dekat dengan Nabi di akhirat kelak dan nantinya akan mudah mendapatkan syafa’atnya setelah ridha dan izin dari Allah Tabaraka Wa Ta’ala.
اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ
يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
Marilah kita panjatkan do’a pada Allah, moga Allah perkenankan doa kita di hari Jumat yang penuh berkah ini.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ
وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ
مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا
وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّاب
اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ
بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى
النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ
لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا،
وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ
لِنِعَمِكَ مُثْنِينَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ
وَالغِنَى
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا
قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ ومَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Klaten, 10 Februari 2021
Dibuat oleh: Amirul Huda Syaifullah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar