Cari Blog Ini

Sabtu, 26 Oktober 2019

SEJARAH MUHAMMADIYAH (Pengertian dan latar belakang berdirinya Muhammadiyah)

PENGERTIAN DAN LATAR BELAKANG BERDIRINYA MUHAMMADIYAH

Lambang Muhammadiyah

A. Pengertian Muhammadiyah
Arti Bahasa (Etimologis) Muhamadiyah berasal dari kata bahasa Arab “Muhamadiyah”, yaitu nama nabi dan rasul Allah yang terkhir. Kemudian mendapatkan “ya” nisbiyah, yang artinya menjeniskan. Jadi, Muhamadiyah berarti “umat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam” atau “pengikut Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam”, yaitu semua orang Islam yang mengakui dan meyakini bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan pesuruh Allah yang terakhir.
Arti Istilah (Terminologi) Secara istilahMuhammadiyah adalah Gerakan Islam yang melaksanakan da’wah amar ma’ruf  nahi munkar dengan maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya
Gerakan ini diberi nama Muhammadiyah oleh pendirinya dengan maksud untuk berpengharapan baik, dapat mencontoh dan meneladani jejak perjuangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam, semata-mata demi terwujudnya ‘Izzul Islam wal Muslimin, kejayaan Islam sebagai realita dan kemuliaan hidup umat Islam.

B. Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah
Berkaitan dengan latar belakang berdirinya Muhammadiyah secara garis besar terdapat 2 faktor yang melatar belakangi berdirinya Muhammadiyah, yaitu faktor obyektif dan faktor subyektif.

a. Faktor Obyektif
Faktor obyektif adalah faktor-faktor yang menyebabkan lahirnya Muhammadiyah menurut kenyataan yang terjadi secara empiris pada saat itu. Ada beberapa sebab yang bersifat obyektif yang melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyah yang dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Faktor Internal
Faktor internal yaitu faktor-faktor penyebab yang muncul di tengah-tengah kehidupan masyarakat islam indonesia, antara lain sbb. :
a). Ketidak murnian amalan islam akibat tidak dijadikannya al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai satu-satunya rujukan oleh sebagian besar umat islam indonesia. Kondisi masyarakat yang masih sangat kental dengan kebudayaan Hindu, Budha, Animisme, dan Dinamisme memunculkan kepercayaan dan praktik ibadah yang menyimpang dari islam. Kepercayaan dan praktik ibadah tersebut dikenal dengan istilah tahayyul, bida’ah dan Churafat (TBC).
b). Lembaga pendidikan yang dimiliki ummat islam belum mampu menyiapkan generasi yang siap mengemban misi selaku “ khalifah Allah di atas bumi”. KH. Ahmad Dahlan mengetahui bahwa pendidikan di indonesia terpecah menjadi dua yaitu pendidikan pesantren yang hanya mengajarkan ajaran-ajaran agama dan pendidikan barat yang sekuler. Kondisi menjadi pemisah antara golongan yang mendapat pendidikan agama dengan golongan yang mendapatkan pendidikan sekuler.
Dualisme sistem pendidikan diatas membuat perihatin KH. Ahmad Dahlan oleh karna itu cita-cita pendidikan Ahmad Dahlan ialah melahirkan manusia yang berpandangan luas dan memiliki nb jh pengetahuan umum, sekaligus yang bersedia untuk kemajuan masyarakatnya. Cita-cita ini dilakukan dengan mendirikan lembaga pendidikan dengan kurikulum yang menggabungkan antara imtak dan iptek.

2. Faktor Eksternal
Sedangkan faktor eksternal yaitu, faktor-faktor penyebab yang ada di luar masyarakat islam indonesia, antara lain sbb :
a). Pengaruh ide dan gerakan pembaruan islam ditimur tengah.
b). Maraknya kristenisasi di indonesia sebagai efek domino dari imperalisme Eropa ke dunia timur yang mayoritas beragama islam.
c). Modernisasi yang terhembus melalui model pendidikan barat (belanda) di indonesia mengusung paham-paham yang melahirkan moernisasi erofa, seperti sekularisme, individualisme, liberalisme dan rasionalisme. Jika penetrasi itu tidak dihentikan maka akan terlahir generasi yang liberal dan sekuler.

b. Faktor Subyektif
Faktor subyektif adalah faktor  yang didasarkan atas pertimbangan pribadi KH. Ahmad Dahlan. Faktor subyektif inilah yang sangat kuat, bahkan dikatakan sebagai faktor utama dan faktor penentu yang mendorong berdirinya Muhammadiyah.
Menurut para analis, faktor subyektif yang paling fundamental adalah hasil kajian mendalam KH. Ahmad Dahlan terhadap al-Qur’an. Sikap KH. Ahmad Dahlan seperti ini sesungguhnya dalam rangka melaksanakan firman Allah sebagaimana yang tersimpul dalam surat An-Nisa ayat 82 dan surat Muhammad ayat 24, yaitu melakukantaddabur atau memperhatikan dan mencermati dengan penuh ketelitian terhadap apa yang tersirat dalam ayat-ayat al-Qur’an. Sikap seperti ini pulalah yang dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan ketika mencermati surat Ali Imran ayat 104 yang artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu sekalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.


Daftar Pustaka 
https://www.academia.edu
https://www.biografiku.com
http://www.daarelfalaah.or.id
https://www.eprints.ums.ac.id
https://www.ervan1420.wordpress.com
https://www.sejarahlengkap.com
E

1 komentar: