Cari Blog Ini

Kamis, 06 Oktober 2022

Keutamaan Seorang Alim (Orang Berilmu) dari Seorang Abid (Ahli Ibadah)

 

Keutamaan Seorang Alim (Orang Berilmu) dari Seorang Abid (Ahli Ibadah)


Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah

Alhamdulillah kito bersyukur dumateng Allah SWT. atas nikmat lan karunia ingkang sampun Allah anugerakan dumateng kito sedoyo. Allah anugerahkan pada kita waktu, kesempatan, dan juga sehat wal ‘afiat. Lebih-lebih dari itu Allah SWT memberikan kito taufiq dan hidayah untuk bisa menghadiri kajian subuh hari ini di masjid khalifah, yang insyaAllah senantiasa Allah berkahi. Dan ini merupakan bagian penting dari perwujudan syukur seorang muslim, majlis kita hari ini, termasuk juga bekerja dan melakukan amalan lainnya. Disamping ia mengucapkan kalimat syukur marang gusti Allah ingkan sampun paring nikmat, dirinya juga mau bekerja dan beramal ibadah. Sebagaimana Allah perintahkan kepada keluarga Nabi Daud, juga termasuk perintah terhadap kito, Allah berfirman dalam QS. Saba’ ayat 13.

 

ٱعۡمَلُوٓاْ ءَالَ دَاوُۥدَ شُكۡرًاۚ وَقَلِيلٌ مِّنۡ عِبَادِيَ ٱلشَّكُورُ 

“Bekerjalah wahai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.”

Shalawat lan salam semoga senantiasa tercurah dumateng junjungan kita, Nabi Agung Nabi yang Mulia, Nabi Muhammad SAW yang senantiasa mewasiatkan kita untuk bertaqwa kepada Allah, dan mengajak kita untuk senantiasa mengikuti petunjuk beliau SAW. 

Termasuk kami ingatkan bahwa hari ini tanggal 11 Rabi’ul Awal, dan besok atau tepatnya nanti malam kita masuk tanggal 12 Rabi’ul Awal. Kito sami-sami pelajari dalam sirah, tanggal 12 merupakan tanggal kelahiran utawi maulid Nabi Muhammad SAW. Sudah lama Rasul wafat namun ajaran, pesan-pesan beliau masih diamalkan dipelajari oleh kaum muslimin di seluruh dunia. Maka tidak pantas bagi seorang muslim untuk melupakan jasa-jasa beliau.

 

مَنْ صَلَّى عَلَىَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا

“Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim, no. 408)

 

Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah

Dalam sebuah hadits, dari Abu Umamah Al-Bahili r.a. Ia berkata, bahwa diceritakan kepada Rasulullah SAW. ada seorang yang ‘alim (orang berilmu) dan ada seorang yang ‘abid (ahli ibadah), kemudian Rasulullah SAW bersabda,

 

فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِي عَلَى أَدْنَاكُمْ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرَضِينَ حَتَّى النَّمْلَةَ فِي جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ. (رواه الترميذي)

“Keutamaan seorang alim (orang berilmu) dari seorang abid (ahli ibadah) seperti keutamaanku dari orang yang paling rendah di antara kalian, ” kemudian beliau melanjutkan sabdanya: “Sesungguhnya Allah, Malaikat-Nya serta penduduk langit dan bumi bahkan semut yang ada di dalam sarangnya sampai ikan paus, mereka akan mendoakan untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR. Tirmidzi)

Disini Nabi SAW. katakan ada ‘alim ada ‘abid, orang berilmu dan ada ahli ibadah keutamannya seprti keutamaan Nabi SAW. dibanding orang-orang rendah diantara kita, artinya perbandingannya jauh, antara orang berilmu dengan ahli ibadah, yang cuma sekedar ibadah saja.

Ananging naliko seseorang rajin ngajak yang lain untuk baik, maka dia akan dapat kebaikan saking Allah, dia akan dapat doa kebaikan saking Malaikat, akan dapat doa kebaikan saking penduduk langit, akan dapat doa kebaikan saking penduduk bumi. Sampai Nabi SAW katakan, semut pun dalam lubang akan mendoakannya, ikan pun yang dalam air, disini disebutkan ikan paus, berarti di lautan yang dalam, ikan-ikan seperti itu akan medoakan orang-orang yang  مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ yang mengajarkan kebaikan pada yang lain.

 

Para jama’ah ingkang kami muliakan.

Hadits ini sedang menerangkan pada kito sekalian. Orang berilmu itu lebih utama dari ahli ibadah karena pengaruh saking orang berilmu itu lebih luas, dia mengajarkan ibadah, baca Al-Qur’an, ngajarkan akhlaq, ngajarkan kebaikan dibandingkan dengan ahli ibadah.

Imam Ibnu Qoyyim menerangkan,

“Karena sebab mengajarkan kebaikan, didapatlah keselamatan dan kebahagiaan, dan hati seseorang niku menjadi baik” Ada poro ulama, poro kiyai, poro ustadz, poro guru, hati kito menjadi baik, menjadi tentrem. “Allah pun akan membalas dari jenis amalnya, mendapat pujian dari Allah, doa malaikat, penduduk langit dan bumi, itulah yang menyebabkan pengajar kebaikan mendapat keselematan, kebahagiaan dan keberuntungan”

Ini kalau kito purun ngajak-ngajar seseorang untuk jadi baik, jadi sae dengan ilmu yang kito miliki.

Keutamaan lain “pengajar kebaikan karena telah mengajarkan agama Allah, mengenalkan hukum syariat, maka sanjungan Allah dan penduduk langit menjadi bentuk pemuliaan kepada dirinya”. Pujian pengajar kebaikan tampak di tengah-tengah penduduk langits dan di tengah-tengah penduduk bumi.

Jadi ia mendapatkan do’a-do’a baik dari orang banyak, kalau ia mengajarkan kebaikan pada yang lain.

Nah kito dalam pertemuan niki poro jamah sekalian, membahas tentang orang-orang yang didoakan sebagaimana tadi yang telah disebutkan.

Lalu bagaimana bedanya dengan ahli ibadah, coba kito lihat bagaimana syaiton niku lebih senang dengan ahli ibadah dibanding dengan orang berilmu (‘Alim).

Kalau orang berilmu berarti, tiange niki rajin sinau, ngaji ditambah praktik, pengamalan ilmu ingkang sampun dimiliki.

Saking Ibnu Abbas r.anhuma, Rasulullah SAW bersabda.

 

فَقِيْهٌ وَاحِدٌ أَشَدُّ عَلَیٰ الشَّيْطَانِ مِنۡ أَلْفِ عَابِدٍ

“Seorang yang faqih (orang yang berilmu) lebih ditakuti setan dibandingkan seribu ahli ibadah (yang tidak paham ilmu).”(HR: At Tirmidzy).

Seribu ini cuma menunjukan banyak saja, ibarat ia menunjukkan banyaknya perbandingan 1 orang berilmu dibandingkan ahli ibadah, masih hebat orang yang berilmu tadi. Masih lebih hebat orang yang berilmu, wong ngaji niku luwih hebat.

Kenapa demikian? Dijelaskan oleh Imam Ibnu Qoyyim,

Ketika setan itu ingin mengajak orang kepada perbuatan buruk, keyirikan, kebid’ahan (amalan yang tidak ada tuntunan) dan setan itu ingin supaya kebaikan-kebaikan itu sirna musnah.

Maka ketika masih ada orang berilmu, maka orang berilmu itu nanti yang mengatasi. Masih ada poro kiyai, poro ustadz, poro guru, orang-orang berilmu itu tadi yang mencegah, mengatasi perbuatan buruk tsb. supaya tidak terjadi.

Sedangkan ahli ibadah, kata Imam Ibnu Qoyyim,

“dan ahli ibadah maka selamatnya hanya untuk dirinya sendiri, ia tidak bisa menyelamatkan orang lain”

Dari sini kita simpulkan bahwa kita tidak mementingkan diri sendiri, mboten egois, kito juga memikirkan yang lain. Kito pengen selamar yang lain pun harus selamat.

Maka ada amar ma’ruf nahi munkar, ketika kita dapati orang berbuat salah maka kita ingatkan. Jadi orang hidup tidak hanya “saya hidup sendiri aja, saya salah ya salahku”.

Dalam agama islam wonten nasehat, kita ingatkan yang lain, ini ada yang rusak, ada yang salah, ada yang keliru, ada yang melakukan kesyirikan. Tidak hanya memikirkan diri sendiri.

Tidak hanya memikirkan ibadah kita sendiri, mboten cukup saya sampun shalat, tapi mengajak juga yang lain.

        Ketika ibadah juga demikian, jika ada ibadah yang salah kita luruskan, karena dalam agama islam wonten aturan, ndak boleh seringan, misal contoh manakala khutbah jum’at tidak boleh ngobrol.

Sebagaimana lalu lintas ada peraturannya, bawa SIM, helm, dll. maka dalam pelaksanaan ibadah juga ada aturanya. Kalau tidak sesuai aturan maka tidak diterima ibadahnya.

Wonten dalil Al-Qur’an, Wonten dalil saking hadits, juga dari para ulama’ yang telah menerangkan dalil-dalil tadi.

Mari kita jadi orang yang ‘alim (berilmu) juga ahli ibadah, mempraktekan segala ilmu yang sampun kito pelajari. Mboten jadi orang yang sebaliknya, ora gelem ngaji, plus malas ngibadah. Semoga Allah senantiasa memberi taufiq dan hidayah-Nya kepada kita.

 

اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

 

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ

اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

 

 

Lamongan, 06 October 2022

Dibuat oleh: Amirul Huda Syaifullah