Permainan yang Melalaikan
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا
لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا
بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ
وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ
نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا
وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ
اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
اللّهُمَّ عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا
عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا
اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, kita meminta tolong
kepada-Nya, kita memohon ampun kepada-Nya, dan kita meminta perlindungan kepada
Allah dari kejelekan diri kita dan kejelekan amal kita. Siapa yang Allah beri
petunjuk maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. Dan siapa yang sesat, maka
tidak ada yang dapat memberi petunjuk kepadanya.
Tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan
Muhammad adalah hamba Allah dan utusan-Nya.
Shalawat dan
salam tetap tercurah pada Nabi kita Muhammad SAW atas segala perjuangan,
pengrobanan menegakkan diinul islam, maka menjadi suatu keutamaan bagi kita
untuk senantiasa mengucap shalawat kepadanya.
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَلَّى عَلَىَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا
“Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim, no. 408)
Ma’asyiral
Muslimin Rahimakumullah
Sebagai pembuka majlis sore ini, kita sareng-sareng mengingatkan
kembali tujuan kita ketika Allah masih memberi kesempatan hidup kepada kita, dinten
demi dinten, sasi demi sasi, Allah paringi umur panjang, walaupun sejatinya
bertambahnya umur, atau umur panjang yang kita sering sebut niku, juga berarti
umur kita semakin berkurang. Sebagaimana nasihat imam hasan al-bashri
rahimahullah,
“Wahai manusia, sesungguhnya kalian hanyalah
kumpulan hari. Tatkala satu hari itu hilangm maka akan hilang pula sebagian
dirimu.”
Maka kita ketahui para jamaah, bahwa batas umur tiap-tiap manusia sampun ditentukan oleh Allah SWT.
يَغۡفِرۡ لَكُم مِّن ذُنُوبِكُمۡ وَيُؤَخِّرۡكُمۡ إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّىۚ
إِنَّ أَجَلَ ٱللَّهِ إِذَا جَآءَ لَا يُؤَخَّرُۚ لَوۡ كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ
“Niscaya Allah akan mengampuni sebagian
dosa-dosamu dan menangguhkan kamu sampai kepada waktu yang ditentukan.
Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan,
kalau kamu mengetahui".
Maka tujuan kita ing dunyo menika, berusaha untuk menjadi,
berusaha untuk masuk dalam golongan Ashabul yamin, golongan orang-orang yang
berusaha menjadi baik, mboten merasa baik, ananging berusaha menjadi baik. Bagaimana
cara supaya kebaikan kita lebih banayk dari pada kejelakan kita. Dan yang
menjadi guide atau pemandu bagaiman orang tsb. baik atau buruk adalah diukur
dengan iman. Sehingga semakin tinggi imannya semakin tinggi pula taqwanya. Rasulullah
jelaskan pula bahwa keimanan manusia kadang naik dan turun. Maka ini selaras
dengan konsep tadi.
Iman bertambah dengan taat kepada Allah dan berkurang karena
maksiat.
- Semakin tinggi iman, semakin banyak baiknya, kurang
kejelekannya.
- semakin kurang iman, semakin sedikit baiknya, banyak
kejelekannya.
Dan lebih parahnya iman akan lebih jatuh pada saat maksiat, jika
dilakukan secara berjama’ah. Kenapa menjadi drop? Karena nanti ada pembenaran.
“oh teman aku ini ustadz sama kayak aku” “oh masih mending ustadz, tetangga
saya itu, bu siti, itu lebih parah daripada saya” bu siti ga terima, “heh saya
ini masih sesekali, itu bu ayu malah tiap hari parahnya” bu Ayu ga terima, “oh
itu fir’aun lebih parah bu dibanding saya”. Sudah selesai, mboten wonten
ujungnya, bukan merasa salah, berubah jadi bener malah cari-cari pembenaran,
karena ada temanya, ada jama’ahnya.
Maka termasuk kesyukuran atas nikmat Allah, berupa kulo disini,
ibu-ibu sedoyo, saged berkumpul, punya majlis yang baik, sehingga mudah buat
baik karena dilakukan secara berjama’ah.
Maka kami senang juga bu, ketika masih mendapati bapak-bapak atau ibu-ibu yang masih sepuh, menyempatkan disela-sela kesibukan kerja, atau urusan rumah tangga, tapi masih semangat menuntut ilmu. Karena nopo bu? Tidak lain karena dengan ilmu ini, nanti mugi” banyak kebaikan-kebaikan yang Allah datangkan.
Para
jama’ah, majlis ta’lim yang kami muliakan
Kalau boleh sedikit kita singgung, terutama bagi ibu-ibu yang
masih punya anak kecil, ataupun tidak nggih kaleh ponakan atau cucu. Kami
berkecimpung di dunia pendidikan, sering dapati harapan-harapan orang tua
kepada anaknya, pengen jadi seperti ini dan begini, tapi terkadang tidak sesuai
harapan. Sering banyak keluhan, anak-anak jaman sekarang ini bandel beda dengan
zaman dulu. Sering kalimat ini kita dengar bu. Kira-kira niki benar nopo mboten
bu? Ada benarya ada salahnya.
Ma’asyiral
Muslimin Rahimakumullah
Bagaimana cara kita mensikapi dunia yang disebutkan Allah tidak
lebih baik dari sayap seekor nyamuk. Tentu jawabnnya adalah sikap sebagaimana
yang dicontohkan oleh Rasulullah.
Orang menjadikan malas sebagai karakter tapi dibalut dengan
kemasan spiritual. Alias kemalasan berbalut spiritual. Malas tidak mau berbuat
apa-apa, tidak bangun subuh, tdk kemasjid, enggan kajian, malas berdagang, tdk
mau buka usaha, disuruh kerja berat sedikit mengeluh, capek, takut kulit rusak,
upgrade ilmu tdk mau. Dengan berdalih “rejeki sudah ada yang ngatur” kita hanya
berserah diri kepada Allah.
Mendifinisikan
dunia
ٱعۡلَمُوٓاْ
أَنَّمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا لَعِبٌ وَلَهۡوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرُۢ بَيۡنَكُمۡ
وَتَكَاثُرٌ فِي ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَوۡلَٰدِۖ
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan
dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan
bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan
anak,”
- Ketauhilah. Berarti banyak yang tidak tahu. Seperti memberi
pengumuman.
- Sudahlah permainan, melalaikan pula. Contoh: Lalai nonton yutub,
silaturrahmi ghibah dan lupa shalat.
- Buka permainan atau, tapi permainan dan.
- Seperti main masak-masakan pada saat kecil. Tidak serius. Dunia
juga sama tapi melalaikan.
- Contoh: jam tangan fungsi atau gengsi?. Funsi menunjukkan waktu.
Tapi orang masuk zona gengsi. Merk jam=orang kaya.
- Kata orang barat =
“U can buy
a watch but not a time, U can by a bed but not a sleep, U can buy a medicine
but not a healt, U can pay assurance but not a safety.”
- Sudah main” melalaikan pula. Berarti tidak serius. Lalu kenapa
mati-matian mengejarnya?
- Dalam riwayat dikatakan :
“Allah melaknat orang yang pintar urusan dunia tapi bodoh urusan akhirat”
- Kok tenang? Karena lingkungannya mendukung.
Contoh orang bawa motor. Menunggangi motor. Motor benda mati, kita benda hidup (kita tuan/owner)
وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرُۢ
بَيۡنَكُمۡ وَتَكَاثُرٌ فِي ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَوۡلَٰدِۖ
- Pamer perhiasan. Seperti anak kecil pamer jam/sepeda.
- Anak kecil pamer mainan kecil, sudah besar pamer harta besar.
- Kendaraan yang kita tunggangi, bukan kita yang ditunggangi.
- Naik pick up tidur, naik mobil bagus tidur.
- Untuk agama cari yang terbaik. Rasul tidur dipelepah kurma.
- Kalau sudah pamer harta, maka pamer anak keturunan.
Apakah
Salah Mengumpulkan Harta
Jika dikumpulkan menjadi kebaikan maka jadi penyelamat, bukan
untuk pamer. Termasuk juga ketika beramal shaleh.
“Permainan yang melalaikan, perhiasan yang saling
dibangga-banggakan, dan saling pamer banyak-banyakan”
Dari Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu, ia mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ كَانَتِ
الدُّنْيَا هَمَّهُ ، فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ
عَيْنَيْهِ ِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ ، وَمَنْ
كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّـتَهُ ، جَمَعَ اللهُ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِيْ
قَلْبِهِ ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ.
”Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia,
maka Allâh akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua
pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang
telah ditetapkan baginya. Barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri
akhirat, Allâh akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan
dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.”
·
Barang siapa yang tujuannya dunia:
1.
Allah akan
cerai beraikan urusannya
Urusannya tidak ada yang selesai, berantakan.
2.
Kemisikinan
nampak dipelupuk matanya
Mudah mengeluh, tidak pernah cukup, takut bersedakah. Mental
miskin.
3.
Tidak
dapat dunia kecuali yang sudah jadi jatahnya
Yang lain makan, dia makan tapi jadi penyakit. Orang tidur dia
tidur tapi tidak nyenyak. Orang lain punya rumah/kendaraan, dia dapat tapi
tidak dapat ketenangan. Kerja banting tulang, tapi punya hutang. Mengeluh
dengan karir.
·
Barang siapa yang tujuannya akhirat:
1.
Allah akan
kumpulkan urusannya
Contoh= diborong orang dagangan, bertemu klien di satu tempat.
Orang tua zaman dulu, jam 7 ke kebun, jam 10 balik ke rumah, bawa
ubi, pisang. Dhuhur sudah ke masjid, balik baca qur’an. Habis itu ngajak orang
makan bubur. Habis asar bersepada, ngasih makan ayam. Hidupnya tentram.
Tanahnya luas, bisa berhaji. Kerja dikit dapat banyak. Bukan kerja banyak juga
banyak utang.
Sehingga punya waktu luang. Mengajari anak dan keluarga.
2.
Allah
jadikan kaya di hatinya
Ketika lihat orang sukses tidak minder, ikut bersyukur. Tidak iri
terhadap kekayaan orang lain. Minum direstoran biasa saja, dipinggir jalan
biasa saja. Jangan ditengah jalan.
Naik motor biasa, naik alphard biasa.
Mana yang butuh mana yang ingin?. Tidak minta-minta ke orang.
3.
Dunia
mendatanginya dalam keadaan hina.
Hartanya banyak tapi biasa saja, tidak ada rasa sombong.
“Jadikan Dunia Sebagai Kendaran Bukan Sebagai Tujuan”
Lamongan,
21 November 2022
Dibuat
oleh: Amirul Huda Syaifullah