Dampak Harta Haram
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا
لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ
رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا
بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى
مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الدّيْن
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا
رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا
وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي
تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
اللّهُمَّ عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا،
وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً
وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا
اجْتِنَابَهُ
Ma’asyirol
muslimin rahimani wa rahimakumullah
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, atas
nikmat dan hidayah-Nya, atas segala pedoman hidup yang telah diajarkan kepada
kita melalui para Nabi-Nya, yang memerintahkan kita untuk senantiasa terus
bertakwa kepada Allah tabarraka wa ta’ala.
Maka senantiasa dalam mengawali khutbah para
khatib berwasiat kepada diri kita semua untuk meningkatkan ketakwaan kepada
Allah SWT. sebagaimana firman-Nya,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Hai orang-orang
yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan
janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran: 102).
Shalawat dan salam tetap tercurah pada Nabi
kita Muhammad SAW atas segala perjuangan, pengrobanan menegakkan diinul islam,
maka menjadi suatu keutamaan bagi kita untuk senantiasa mengucap shalawat
kepadanya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَلَّى عَلَىَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ عَشْرًا
“Barangsiapa
yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh
kali.” (HR. Muslim, no. 408)
Ma’asyirol
muslimin rahimani wa rahimakumullah
Di antara adab ketika menghadiri khutbah Jumat
adalah menghindarkan bau mulut yang tidak enak ketika masuk masjid.
Dari ‘Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu, bahwa ia pernah berkhutbah pada hari Jumat. Ia berkata di dalam khutbahnya,
ثُمَّ إنَّكُمْ أيُّهَا النَّاسُ
تَأكُلُونَ شَجَرتَيْنِ مَا أرَاهُمَا إِلاَّ خَبِيثَتَيْن : البَصَلَ ،
وَالثُّومَ . لَقَدْ رَأَيْتُ رسولَ الله – صلى الله عليه وسلم – ، إِذَا وَجدَ
ريحَهُمَا مِنَ الرَّجُلِ في المَسْجِدِ أَمَرَ بِهِ ، فَأُخْرِجَ إِلَى البَقِيعِ
، فَمَنْ أكَلَهُمَا ، فَلْيُمِتْهُمَا طَبْخاً
“Kemudian
sesungguhnya kalian, wahai manusia, kalian suka memakan dua pohon yang aku
tidak melihatnya melainkan mengandung bau yang tidak menyedapkan, yaitu bawang
merah dan bawang putih. Padahal sungguh aku melihat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam apabila mendapatkan bau keduanya dari seseorang di dalam
masjid, beliau memerintahkan agar orang tersebut dikeluarkan ke Baqi’. Oleh
karena itu, barangsiapa yang memakannya, hendaklah menghilangkan baunya dengan
dimasak.” (HR. Muslim,
no. 567)
Itulah salah satu adab pula ketika menghadiri
shalat Jumat hendaklah menghilangkan bau mulut yang tidak enak. Salah satu
makanan yang disebutkan dalam hadits tadi yakni bawang merah dan bawah putih,
dan ini juga diqiyaskan atau dihukumi sama dengan segala jenis makanan yang
menjadi penyebab datangnya bau yang tidak sedap.
Maka ketika berangkat dari rumah menuju masjid,
kita sebisa mungkin menghilangkan bau yang tidak sedap, salah satunya adalah
bau mulut, terlebih dianjurkan untuk senantiasa memakai wangi-wangian ketika
hendak ke masjid sehingga hadits dari Umar di atas bisa diamalkan dalam
kehidupan kita, moga Allah senantiasa memberi taufik dan hidayah-Nya.
Ma’asyirol
muslimin rahimani wa rahimakumullah
Membahas tentang makanan, Kita diperintahkan untuk memakan yang halal dan menjauhi yang haram sebagaimana dalam doa yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
اللَّهُمَّ اكْفِني بِحَلاَلِكَ عَنْ
حَرَامِكَ ، وَأَغْنِنِي بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
“Ya Allah
cukupkanlah aku dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari yang haram, dan
cukupkanlah aku dengan karunia-Mu dari bergantung pada selain-Mu.” (HR. Tirmidzi, no. 3563)
Penting diingat bahwa rezeki yang halal walau sedikit itu pasti lebih berkah. Abul ‘Abbas Ahmad bin ‘Abdul Halim bin Taimiyyah Al-Harrani (Wafat: 728 H) rahimahullah pernah berkata,
وَالْقَلِيلُ مِنْ الْحَلَالِ
يُبَارَكُ فِيهِ وَالْحَرَامُ الْكَثِيرُ يَذْهَبُ وَيَمْحَقُهُ اللَّهُ تَعَالَى
“Sedikit dari yang halal itu lebih bawa berkah
di dalamnya. Sedangkan yang haram yang jumlahnya banyak hanya cepat hilang dan
Allah akan menghancurkannya.” (Majmu’ah
Al-Fatawa, 28:646)
Dalam mencari rezeki, kebanyakan kita mencarinya asalkan dapat, namun tidak peduli halal dan haramnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jauh-jauh hari sudah mengatakan,
لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ
يُبَالِى الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ ، أَمِنْ حَلاَلٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ
“Akan datang
suatu zaman di mana manusia tidak lagi peduli dari mana mereka mendapatkan
harta, apakah dari usaha yang halal atau yang haram.” (HR. Bukhari no. 2083)
Akhirnya ada yang jadi budak dunia. Pokoknya dunia diperoleh tanpa pernah peduli aturan. Inilah mereka yang disebut dalam hadits,
تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ وَالدِّرْهَمِ
وَالْقَطِيفَةِ وَالْخَمِيصَةِ ، إِنْ أُعْطِىَ رَضِىَ ، وَإِنْ لَمْ يُعْطَ لَمْ يَرْضَ
“Celakalah
wahai budak dinar, dirham, qothifah (pakaian yang memiliki beludru), khomishoh
(pakaian berwarna hitam dan ada bintik-bintik merah). Jika ia diberi, maka ia
rida. Jika ia tidak diberi, maka ia tidak rida.” (HR. Bukhari, no. 2886)
Lantas Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,
وَهَذَا هُوَ عَبْدُ هَذِهِ الْأُمُورِ فَلَوْ طَلَبَهَا مِنْ اللَّهِ
فَإِنَّ اللَّهَ إذَا أَعْطَاهُ إيَّاهَا رَضِيَ ؛ وَإِذَا مَنَعَهُ إيَّاهَا سَخِطَ
وَإِنَّمَا عَبْدُ اللَّهِ مَنْ يُرْضِيهِ مَا يُرْضِي اللَّهَ ؛ وَيُسْخِطُهُ مَا
يُسْخِطُ اللَّهَ ؛ وَيُحِبُّ مَا أَحَبَّهُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَيُبْغِضُ مَا أَبْغَضَهُ
اللَّهُ وَرَسُولُهُ
“Inilah yang
namanya budak harta-harta tadi. Jika ia memintanya dari Allah dan Allah
memberinya, ia pun rida. Namun ketika Allah tidak memberinya, ia pun murka.
‘Abdullah (hamba Allah) adalah orang yang rida terhadap apa yang Allah ridai,
dan ia murka terhadap apa yang Allah murkai, cinta terhadap apa yang Allah dan
Rasul-nya cintai serta benci terhadap apa yang Allah dan Rasul-Nya benci.” (Majmu’ah Al-Fatawa, 10:190)
Ada pula yang masih peka hatinya namun kurang
mendalami halal dan haram. Yang kedua ini disuruh untuk belajar muamalah
terkait hal halal dan haram.
‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu pernah mengatakan,
مَنْ اتَّجَرَ قَبْلَ أَنْ يَتَفَقَّهَ ارْتَطَمَ فِي الرِّبَا ثُمَّ
ارْتَطَمَ ثُمَّ ارْتَطَمَ
“Barangsiapa
yang berdagang namun belum memahami ilmu agama, maka dia pasti akan terjerumus
dalam riba, kemudian dia akan terjerumus ke dalamnya dan terus menerus
terjerumus.”
‘Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu juga mengatakan,
لَا يَتَّجِرْ فِي سُوقِنَا إلَّا مَنْ فَقِهَ أَكْلَ الرِّبَا
“Janganlah
seseorang berdagang di pasar kami sampai dia paham betul mengenai seluk beluk
riba.” (Lihat Mughni Al-Muhtaj, 6:310)
Ma’asyirol
muslimin rahimani wa rahimakumullah
Kalau
halal-haram tidak diperhatikan dampaknya begitu luar biasa. Kali ini kita akan
lihat apa saja dampak dari harta haram.
·
Pertama:
Memakan harta haram berarti mendurhakai Allah dan mengikuti langkah setan.
Dalam surah Al-Baqarah disebutkan,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا
وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِين
“Hai sekalian
manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan
itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS.
Al-Baqarah: 168)
·
Kedua:
Akan membuat kurang semangat dalam beramal saleh
Dalam ayat disebutkan,
يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا
إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ
“Hai
rasul-rasul, makanlah dari makanan yang thayyib (yang baik), dan kerjakanlah
amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Mu’minun: 51).
Yang dimaksud dengan makan yang thayyib di sini
adalah makan yang halal sebagaimana disebutkan oleh Sa’id bin Jubair dan
Adh-Dhahak. Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim karya Ibnu Katsir, 5:462.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata,
“Allah Ta’ala
pada ayat ini memerintahkan para rasul ‘alaihimush sholaatu was salaam untuk
memakan makanan yang halal dan beramal saleh. Penyandingan dua perintah ini
adalah isyarat bahwa makanan halal adalah yang menyemangati melakukan amal
saleh.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:462).
·
Ketiga:
Memakan harta haram adalah kebiasaan buruk orang Yahudi.
Sebagaimana dimaksudkan dalam ayat berikut tentang kebiasaan mereka memakan riba,
فَبِظُلْمٍ مِنَ الَّذِينَ هَادُوا حَرَّمْنَا
عَلَيْهِمْ طَيِّبَاتٍ أُحِلَّتْ لَهُمْ وَبِصَدِّهِمْ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ كَثِيرً,
وَأَخْذِهِمُ الرِّبَا وَقَدْ نُهُوا عَنْهُ وَأَكْلِهِمْ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ
ۚ وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ مِنْهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا
“Maka
disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas (memakan makanan)
yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka
banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Dan disebabkan mereka memakan
riba, Padahal Sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka
memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk
orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.” (QS. An-Nisaa’: 160-161)
Ibnu Katsir mengatakan bahwa Allah telah
melarang riba pada kaum Yahudi, namun mereka menerjangnya dan mereka memakan
riba tersebut. Mereka pun melakukan pengelabuan untuk bisa menerjang riba.
Itulah yang dilakukan mereka memakan harta manusia dengan cara yang batil.
(Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 3: 273)
Siapa yang mengambil riba bahkan melakukan tipu
daya dan akal-akalan supaya riba itu menjadi halal, berarti ia telah mengikuti
jejak kaum Yahudi. Dan inilah yang sudah diisyaratkan oleh Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah
·
Keempat:
Badan yang tumbuh dari harta yang haram akan berhak disentuh api neraka
Yang pernah dinasihati oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Ka’ab,
يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ إِنَّهُ لاَ يَرْبُو
لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ إِلاَّ كَانَتِ النَّارُ أَوْلَى بِهِ
“Wahai Ka’ab
bin ‘Ujroh, sesungguhnya daging badan yang tumbuh berkembang dari sesuatu yang
haram akan berhak dibakar dalam api neraka.” (HR.
Tirmidzi, no. 614.)
·
Kelima:
Doa sulit dikabulkan
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ
طَيِّباً، وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ المُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ المُرْسَلِيْنَ فَقَالَ
{يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا} وَقَالَ
تَعَالَى {يَا أَيُّهَا الذِّيْنَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ}
ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى
السَّمَاءِ: يَا رَبِّ يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌوَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ
بِالحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لَه
‘Sesungguhnya
Allah Ta’ala itu baik (thayyib), tidak menerima kecuali yang baik (thayyib).
Dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kaum mukminin seperti apa yang
diperintahkan kepada para Rasul. Allah Ta’ala berfirman, ‘Wahai para rasul,
makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal shalih.’ (QS.
Al-Mu’minun: 51). Dan Allah Ta’ala berfirman, ‘Wahai orang-orang yang beriman!
Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepadamu.’ (QS. Al-Baqarah:
172). Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan seseorang
yang lama bepergian; rambutnya kusut, berdebu, dan menengadahkan kedua
tangannya ke langit, lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, wahai Rabbku.’ Padahal
makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan ia dikenyangkan dari
yang haram, bagaimana mungkin doanya bisa terkabul.” (HR. Muslim, no. 1015)
Empat sebab
terkabulnya doa sudah ada pada orang ini yaitu:
ü
Keadaan
dalam perjalanan jauh (safar).
ü
Meminta
dalam keadaan sangat butuh (genting).
ü
Menengadahkan
tangan ke langit.
ü
Memanggil
Allah dengan panggilan “Yaa Rabbii” (wahai Rabb-ku) atau memuji Allah dengan
menyebut nama dan sifat-Nya, misalnya: “Yaa Dzal Jalaali wal Ikraam” (wahai
Rabb yang memiliki keagungan dan kemuliaan), “Yaa Mujiibas Saa’iliin” (wahai
Rabb yang Mengabulkan doa orang yang meminta kepada-Mu), dan lain-lain.
Namun
dikarenakan harta haram membuat doanya sulit terkabul.
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah
·
Keenam:
Harta haram membuat kaum muslimin jadi mundur dan hina
Dalam hadits disebutkan,
إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ
أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ
عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَ يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ
“Jika kalian
berjual beli dengan cara ‘inah (salah satu transaksi riba), mengikuti ekor sapi
(maksudnya: sibuk dengan peternakan), ridha dengan bercocok tanam (maksudnya:
sibuk dengan pertanian) dan meninggalkan jihad (yang saat itu fardhu ‘ain),
maka Allah akan menguasakan kehinaan atas kalian. Allah tidak akan mencabutnya
dari kalian hingga kalian kembali kepada agama kalian.” (HR. Abu Daud, no. 3462. Syaikh Al-Albani
mengatakan bahwa hadits ini sahih. Lihat ‘Aunul Ma’bud, 9:242).
·
Ketujuh:
Karena harta haram banyak musibah dan bencana terjadi
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا ظَهَرَ الزِّناَ وَالرِّبَا فِي قَرْيَةٍ
فَقَدْ أَحَلُّوْا بِأَنْفُسِهِمْ عَذَابَ اللهِ
“Apabila telah marak perzinaan dan praktek ribawi di suatu negeri, maka sungguh penduduk negeri tersebut telah menghalalkan diri mereka untuk diadzab oleh Allah.” (HR. Al-Hakim. Beliau mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Imam Adz-Dzahabi mengatakan, hadits ini shahih. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan lighoirihi sebagaimana disebut dalam Shahih At-Targhib wa Tarhib, no. 1859)
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
KHUTBAH KE -2
اللّهُمَّ عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا،
وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً
وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا
اجْتِنَابَهُ
Jama’ah sidang shalat jum’at yang dirahmati
Allah
Nasehat tentang makanan yang halal, rezeki yang
halal, dan bagaimana cara memperolehnya yang sesuai syariat Islam senantiasa
berusaha untuk selalu kita ingat. Karena pada dasarnya konsep rezeki yang kita
yakini, bahwa rezeki seorang hamba yang telah ditetapkan Allah pasti akan ia
dapatkan sesuai ketetapan-nya, tidak akan berkurang tidak akan bertambah. Entah
itu dia bekerja seharian penuh sampai lupa dengan kewajiban yg lainnya. Entah
itu dia gunakan cara yang benar atau salah, tidak akan berubah reZeki yang
telah ditetapkan Allah.
Maka sebaiknya kita gunakan cara yang benar
dalam mencari rejeki, supaya menjadi berkah, dan tidak lupa dengan kewajiban
ibadah dan yg lainnya.
Akan tetapi bukan berarti kita kemudian pasrah,
melainkan kita diajarkan untuk berikhtiar dengan sungguh-sungguh untuk mendapat
yang kita inginkan, karena kita tidak tau berapa ketetapan rezeki yang Allah
berikan kepada kita.
Ketika seseorang ditanya menginginkan
kesuksesan, atau tidak pastinya ia menjaab iya, ketika ditanya menginginkan
rezekinya banyak atau tidak, tentu jawabnnya juga iya. Nah maka disini
fungsinya ikhtiar dan berdoa, seseorang yang mau berusaha akan dipermudah
mendapatkan apa yang telah ditetapkan untuknya. Urusan hasil kita serahkan
kepada Allah, maka tak lupa kita juga diajarkan untuk bersyukur dan bersabar,
mana kala kita tidak mendapat apa yang kita inginkan, karena pada hakekatnya
itu memang bukan rezeki kita.
Ma’asyirol
muslimin rahimani wa rahimakumullah
Jika rezeki
telah habis dan amalan telah usai, berarti seseorang telah mati. Seseorang
tidak mungkin mati sampai sempurna rezekinya, dan berakhir pula amalannya. Maka
ini menjadi pengingat bagi orang sibuk mencari harta, mencari sesuap nasi
sampai-sampai lupa bahwasannya ia akan mati, akan ada kehidupan setelah
kematian.
Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ
فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَوْفِىَ رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ
عَنْهَا فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ خُذُوا مَا حَلَّ وَدَعُوا
مَا حَرُمَ
“Wahai umat manusia, bertakwalah engkau kepada Allah, dan tempuhlah
jalan yang baik dalam mencari rezeki, karena sesungguhnya tidaklah seorang
hamba akan mati, hingga ia benar-benar telah mengenyam seluruh rezekinya,
walaupun terlambat datangnya. Maka bertakwalah kepada Allah, dan tempuhlah
jalan yang baik dalam mencari rezeki. Tempuhlah jalan-jalan mencari rezeki yang
halal dan tinggalkan yang haram.” (HR. Ibnu Majah no. 2144, dikatakan sahih oleh Syaikh Al Albani).
Semoga Allah tabarrak senantiasa menberikan rahmat dan hidayahNya.
اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ
يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ
وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ
اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا،
وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ
إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ
لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا،
وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا
وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ،
والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً
وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله
رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Klaten, 8 Januari 2021
Dibuat oleh: Amirul Huda Syaifullah